Menurut Moshe, sudah tidak ada lagi hal yang perlu diharapkan dari Rosneft. Raksasa migas Rusia itu akan mengutamakan kepentingan negaranya, alih-alih melanjutkan kerja sama dengan Indonesia, menyusul invasi Negeri Beruang Merah terhadap Ukraina sejak awal 2022.
“Jadi prioritasnya [Rosneft] sudah berubah. Indonesia mau menunggu sampai kapan? Harus kasih deadline. Kita sudah di-PHP kayak gini, kasih kepastian dong. Jalan enggak? Kalau jalan, harus injeksi duit segini untuk kita mulai [proyek]. Kalau enggak, ya kita putusin kontrak dan Rosneft juga mengerti nantinya. [Indonesia] harus tegas lah,” tutur Moshe.
Kalau enggak gerak cepat gara-gara Rosneft, kita [jadi] tersandera istilahnya. Proyek enggak bisa maju, padahal permintaan BBM naik terus.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal
Di sisi lain, Moshe menyarankan pemerintah mulai membuka kesempatan bagi investor lain untuk masuk ke proyek Kilang Tuban. Dia menyebut, tidak menutup kemungkinan, akan ada lebih dari satu perusahaan yang bisa bergabung dalam PSN kilang akar rumput yang berlokasi di Jawa Timur tersebut.
Dia juga menekankan, calon investor baru tersebut harus paham dengan teknologi agar kilang dengan nilai investasi Rp238,25 triliun tersebut bisa dikelola secara efisien.
“Eggak cuma satu partner, kadang bisa beberapa partner. Jadi bisa kombinasi konsorsium antara perusahaan investasi yang clear investment firm. Ada perusahaan operator yang punya pengalaman kilang, punya teknologi, termasuk perusahaan engineering-procurement-construction [EPC]-nya. Itu bisa masuk konsorsium kerja sama dengan Pertamina,” jelas dia.
Pertamina Bertahan
Saat dimintai konfirmasi, Sekretaris Perusahaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y. Nasroen memberi isyarat Pertamina masih mempertahankan perusahaan Rusia itu sebagai tandemnya di proyek Kilang Tuban.
“Proyek GRR Tuban saat ini masih dalam proses FID [final investment decision/keputusan investasi akhir]. Pertamina melalui anak usaha KPI, yaitu PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia [PRPP], saat ini masih bersama Rosneft untuk pelaksanaan proyek GRR Tuban,” ujarnya, Rabu (20/11/2024).
Hermansyah tidak banyak berkomentar saat ditanya apakah kepastian FID Rosneft di Kilang Tuban akan diputuskan sesuai tenggat pada November 2024, setelah ngaret dari target sebelumnya pada Maret.
“FID masih berproses saat ini,” ujarnya singkat.
Pada saat Pertamina bertahan menanti kepastian investasi Rosneft di Kilang Tuban, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia justru mulai mencari calon pemodal yang berniat menggantikan korporasi migas asal Rusia di proyek PSN tersebut.
Bahlil menegaskan pemerintah tidak bisa menunggu lama dan harus memiliki tenggat untuk mendapatkan kepastian investasi dari Rosneft di kilang yang dirancang untuk mengolah minyak hingga 300.000 barel/hari dan menelan nilai investasi Rp238,25 triliun tersebut.
"Opsi bisa saja [cari investor lain] karena kita tidak bisa menunggu sampai lama, kita harus punya batas limit waktu dan kita harus cari opsi-opsi," ujar Bahlil saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (14/11/2024).
Ketika ditanya ihwal tenggat untuk menunggu kepastian dari Rusia, kata Bahlil, pemerintah belum melakukan rapat dengan Pertamina.
Menurutnya, pembahasan harus dilakukan dengan perusahaan migas pelat merah tersebut sebagai pihak yang selama ini berkomunikasi dengan Rosneft Singapore.
"Belum saya rapat sama Pertamina. Pertamina kan yang melakukan komunikasi dan punya feeling mereka ini serius banget atau tidak," ujarnya.
Dengan demikian, Bahlil mengatakan, dirinya bakal melakukan pembahasan ihwal kepastian tersebut bersama dengan Pertamina dalam waktu dekat.
Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana sebelumnya menegaskan FID Kilang Tuban ditargetkan tuntas pada November tahun ini.Dia mengonformasi informasi tersebut diterimanya langsung dari Pertamina.
“[FID] ditargetkan selesai November 2024, ini berdasarkan laporan Pertamina dua hari yang lalu,” ujar Dadan, medio Oktober.
(mfd/wdh)