RBA telah mengerek bunga acuan 11 kali sejak Mei tahun lalu.
“Beberapa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke target dalam jangka waktu yang wajar, tetapi itu akan bergantung pada bagaimana ekonomi dan inflasi berkembang,” kata Gubernur RBA Philip Lowe dalam pernyataan pasca pertemuannya.
Dolar Aussie melonjak menjadi 66,78 sen AS setelah keputusan tersebut sementara imbal hasil obligasi tiga tahun naik menjadi 3,17 persen.
Bahkan setelah langkah mengejutkan hari Selasa, Australia tertinggal dari rekan-rekan globalnya dalam merespon tren inflasi global dengan kenaikan bunga acuan sebanyak 3,75%, dibandingkan dengan 5% di Selandia Baru dan 4,75% di AS.
Baik Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa mendorong kenaikan dalam menghadapi gejolak perbankan dan volatilitas pasar keuangan dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan minggu ini.
Lowe telah mengakui jalan untuk mendinginkan inflasi sambil mempertahankan perolehan lapangan kerja adalah jalur yang “sempit”. Tekadnya untuk melakukannya adalah bagian dari alasan mengapa para ekonom memperkirakan Australia akan terhindar dari resesi.
Beberapa data mendukung Lowe yaitu mulai stabilnya pasar perumahan, meningkatkan sentimen rumah tangga. Sementara pertumbuhan pekerjaan telah mendingin dalam beberapa bulan terakhir, walau tetap solid dan pengangguran berada di level terendah dalam 50 tahun. Pengeluaran konsumen juga tertahan dalam menghadapi bunga acuan yang lebih tinggi.
Gubernur akan memberikan pidato di Perth pada pukul 21.20 waktu Sydney yang kemungkinan akan menjelaskan lebih lanjut pemikiran dewan. RBA akan merilis rangkaian lengkap prakiraan yang diperbarui dalam Pernyataan Kebijakan Moneter triwulanannya pada hari Jumat.
--dengan bantuan dari Tomoko Sato dan Edward Johnson.
(bbn)