Pagi ini pada pembukaan pasar Asia, rupiah NDF dibuka lemah dan kini bergerak di Rp15.935/US$. Sinyal dari pasar forward tersebut bisa memberi tekanan pada pasar spot setelah kemarin rupiah spot ditutup melemah ke level Rp15.865/US$.
Keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI rate sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Akan tetapi, nada hawkish yang kuat dalam briefing bank sentral kemarin, melontarkan sinyal kewaspadaan bagi pasar.
Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan stance kebijakan moneter bank sentral ke depan adalah fokus pada stabilitas rupiah, di tengah peningkatan risiko inflasi global dan tekanan arus keluar modal asing akibat perubahan rezim di AS.
Peluang penurunan BI rate semakin sempit bahkan bukan tidak mungkin dalam 12 bulan ke depan ada potensi kenaikan bunga acuan lagi, menurut Ekonom Bloomberg Economics Tamara Henderson. Terutama bila dolar AS semakin perkasa dan tingginya imbal hasil di AS menguras likuiditas dari pasar-pasar emerging.
Pasca pembacaan putusan BI rate kemarin, pasar domestik juga merespon dengan lunglai. Bukan hanya rupiah yang ditutup melemah. Yield Surat Berharga Negara (SBN) juga mayoritas bergerak naik di mana tenor 2Y naik 2,9 bps ke 6,46% dan tenor 10Y naik 1,9 bps jadi 6,87%.
Pernyataan The Fed
Pasar juga mencermati pernyataan para pejabat Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS. Beberapa pejabat The Fed menyatakan para pembuat kebijakan akan memakai pendekatan lebih berhati-hati dalam menentukan penurunan bunga acuan ke depan.
Gubernur The Fed Michelle Bowman bilang, ia memilih untuk berhati-hati ketika membawa kebijakan moneter lebih longgar karena sejauh ini target inflasi The Fed belum tercapai. "Saya lebih memilih melangkah dengan hati-hati dalam membawa suku bunga kebijakan untuk menilai seberapa jauh kita dari titik akhir sambil menyadari bahwa kita belum mencapai target inflasi dan mengamati secara dekat perkembangan pasar tenaga kerja," kata Bowman, dilansir dari Bloomberg.
Di lain kesempatan, Gubernur The Fed Boston Susan Collins menyatakan statemen lebih dovish. Ia bilang, pemangkasan bunga acuan lebih lanjut memang dibutuhkan. Akan tetapi, The Fed harus lebih hati-hati.
"Meski tujuan akhir belum pasti, saya yakin beberapa penurunan bunga acuan lagi diperlukan karena saat ini kebijakannya masih agak ketat," kata Collins.
Ia bilang, kebijakan The Fed diarahkan untuk menjinakkan inflasi tanpa membuat kerusakan pada pasar tenaga kerja. 'Penyesuaian kebijakan yang dilakukan sejauh ini memungkinkan FOMC bersikap hati-hati dan cermat dalam melangkah maju, dengan mengambil waktu untuk menilai secara holistik implikasi data yang tersedia terhadap prospek dan keseimbangan risiko terkait," jelasnya.
The Fed sudah memangkas 75 bps bunga acuan dalam dua pertemuan terakhir. Pasar masih mempertahankan ekspektasi akan ada penurunan lagi pada FOMC Desember nanti. Namun, untuk prospek 2025, peluang penurunan Fed fund rate diperkirakan lebih kecil.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah ke level Rp15.900/US$ sampai dengan Rp15.950/US$. Rupiah memiliki support terkuat di Rp16.000/US$ yang menjadi level psikologis.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance potensial pada level Rp15.840/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.800/US$.
Selama rupiah bertengger di atas Rp15.950/US$ usai tertekan, maka ada potensi untuk lanjut melemah dalam tren jangka menengah (Mid-term) di mana rupiah berpotensi melemah ke Rp16.020/US$.
Namun sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga Rp15.800/US$ rupiah berpotensi terus menguat hingga Rp15.750/US$ sampai dengan Rp15.700/US$.
(rui)