Jadi, keuntungan yang bisa didapat memang tidak sedikit. Pantas saja investor akan ‘gatal’ untuk mencairkannya. Ketika itu terjadi, CPO akan mengalami tekanan jual dan harganya turun.
Faktor kedua yang membebani harga CPO adalah prospek penurunan permintaan, Sejumlah perusahaan kargo memperkirakan ekspor CPO Malaysia pada 1-20 November turun 1,4-5,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Alasan ketiga yang membuat harga CPO terpangkas adalah harga minyak nabati pesaing. Kemarin, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade ambruk 1,65%.
Sementara harga minyak rapeseed amblas 1,76%. Saat harga minyak nabati pesaing makin mahal, maka keuntungan untuk menggunakan CPO menjadi berkurang. Sebab. berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih bertahan di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 60,97. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 8,28. Sudah jauh di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, harga CPO masih berpotensi naik. Target resisten terdekat adalah MYR 5.095/ton yang adalah Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di MYR 5.116/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target support terdekat ada di MYR 4.797/ton.
(aji)