Pergerakan saham-saham teknologi, saham properti, dan saham konsumen primer menjadi pemberat laju IHSG hingga ada di zona merah, dengan tertekan mencapai 1,42%, 0,87%, dan 0,60%.
Saham teknologi yang menjadi pemberat indeks sepanjang perdagangan hari ini adalah saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) drop 10,04%. Selain itu pelemahan juga terjadi pada saham PT Wir Asia Tbk (WIRG) anjlok 3,88% point-to-point.
Senada, saham properti turut menjadi pemberat, PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) ambles 3,85%, saham PT Modernland Tbk (MDLN) melemah 3,51%. Saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) drop 1,90%.
Menariknya, saham-saham LQ45 yang tercatat melemah harganya adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) drop 3,60%, saham PT Indosat Tbk (ISAT) terpeleset 2,86%, dan saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) tertekan 2,34%.
Senada, tren negatif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatat pelemahan 2,70%, saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melemah 1,79%. Juga saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) drop 1,74%.
Untuk pasar saham Asia bergerak bervariasi pada hari ini. Indeks Shenzhen Comp. China terbang 1,38%, indeks Shanghai melesat 0,66%, indeks CSI 300 China menguat 0,22%, indeks TOPIX drop 0,43%, indeks Strait Times Singapore terdepresiasi 0,38%, indeks FTSE Malaysia KLCI tertekan 0,26%, dan indeks Nikkei 225 melemah 0,16%. Sementara itu Dow Jones Index Future menghijau 0,24%.
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode November. Satu yang ditunggu tentu pengumuman suku bunga acuan BI Rate.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19–20 November 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasaran 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Hasil ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi BI Rate tetap di 6%.
Di antara yang memperkirakan BI Rate bertahan di 6% adalah Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas. Satria berpandangan, BI Rate akan ditentukan oleh perkembangan nilai tukar Rupiah.
Dalam sebulan, mata uang Tanah Air masih melemah 1,86% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Sepanjang 2024 (year-to-date/YtD), rupiah terdepresiasi 2,98%.
Mengenai arah atau posisi kebijakan moneter ke depan, lanjut Perry Warjiyo, Gubernur BI, fokusnya adalah stabilitas.
“Fokus kami adalah kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak makin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di Amerika Serikat. Fokusnya tetap menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah,” paparnya.
Akan tetapi, tambah Perry, bukan berarti BI tidak memikirkan soal pertumbuhan ekonomi. Meski bukan melalui kebijakan moneter, upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui kebijakan makroprudensial.
“Rp256 triliun sudah disalurkan ke bank-bank melalui insentif likuiditas, untuk yang menyalurkan kredit kepada sektor-sektor prioritas,” tegasnya.
Ke depan, BI terus akan memperhatikan pergerakan nilai tukar Rupiah dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang dalam mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut.
(fad)