Menurut Perry, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS akan mendorong pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam, namun di saat bersamaan mengubah peta perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan bisa melambat.
"Kami melihat dari berbagai asesmen data dan pengalaman dulu bahwa kebijakan ekonomi Presiden Trump akan inward looking," ujar Perry.
Negara-negara yang selama ini berdagang dengan AS, lanjut Perry, akan merasakan dampaknya. Bagi yang selama ini menikmati surplus perdagangan besar dengan AS, maka bukan tidak mungkin akan dikenai tarif bea masuk yang lebih tinggi.
"Negara-negara mana saja? China, Uni Eropa, Meksiko, dan negara lain termasuk Vietnam," ungkap Perry.
Kebijakan peningkatan bea masuk ini, tambah Perry, kemungkinan baru diterapkan pada semester II-2025. Misalnya kepada Uni Eropa ada tarif 25% untuk besi, aluminium, dan kendaraan bermotor. Kemudian 25% untuk produk kimia asal China.
Fragmentasi ini, menurut Perry, akan mempengaruhi arus perdagangan global. Mau tidak mau, suka tidak suka, arus perdagangan akan melambat sehingga pertumbuhan ekonomi juga lebih rendah.
"China yang selama ini melambat akan lebih lambat, Uni Eropa yang sudah akan naik tetapi mungkin tidak jadi naik. Prediksi kami, pertumbuhan ekonomi global yang tahun ini 3,2% kemungkinan tahun depan menjadi 3,1%," terang Perry.
(lav)