"Saya merasa gula ini adalah kecanduan, misal takaran hari ini A, besok jadi A+, besok A+++, bayangkan saja anak kita dikasih minuman manis, gula darah akan ikut manis, dan merusak organ-organ,"tambahnya.
Selain itu, pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) juga mendorong Kementerian Pendidikan mensosialisasikan pengadaan kantin sehat di sekolah-sekolah.
"Bagaimana penyediaan makanan dan minuman sehat tersedia, tanpa berlebihan garam, gula dan lemak,"tegas ya.
Nadia Tarmizi juga menyoroti peningkatan diabetes selain dewasa kini juga terjadi pada anak-anak. Hal ini pun kata dia menjadi perhatian dari pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) apalagi di Indonesia tengah mengejar cita-cita bonus demografi pada 2045.
"Kalau kita melihat perilaku anak-anak saat ini sering mengkonsumsi minum-minuman manis,"kata Nadia.
"Perilaku itu bisa, karena males gerak, lalu konsumsi gula, garam dan lemak yang berlebihan atau kurang makan buah dan sayur,"tambahnya,
Nadia mengatakan rata-rata nasional konsumsi gula pada masyarakat sekitar 5,5% lebih dari 4 sendok makan atau 50 gram per hari. Kemudian konsumsi garam kebiasaan orang Indonesia itu rata-rata penyuka rasa asin.
"Konsumsi garam kita itu 53% masyarakat kita melebihi dari konsumsi garam seharusnya atau 2000 mg per hari atau satu sendok teh per hari,"beber Nadia.
Kemudian konsumsi lemak, masyarakat Indonesia paling sulit menahan mengonsumsi makanan gorengan, sekitar 24% konsumsi dari masyarakat Indonesia melebihi konsumsi lemak, dan lebih dari 4 sendok makan per hari.
"Kalau kita hitung-hitung, 30% masyarakat kita atau sepertiga dari masyarakat sangat berisiko, karena dia melebihi batas konsumsi garam gula lemak (GGL) yang dianjurkan per hari,"tandasnya.
(dec/spt)