UNRWA juga mengatakan bahwa tantangan dalam mendistribusikan bantuan ke Gaza semakin tak teratasi, dengan "truk sering tertunda di berbagai titik, sering dijarah, dan menjadi sasaran serangan yang meningkat."
"Kami telah memperingatkan sejak lama tentang keruntuhan total tatanan sipil; empat atau lima bulan lalu, kami masih memiliki kapasitas lokal untuk mengawal konvoi. Hal itu kini benar-benar hilang," ujar Kepala UNRWA Philippe Lazzarini dalam konferensi pers di Jenewa.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyebut penjarahan itu "mengerikan" dan mengaitkannya dengan "keruntuhan keamanan total" di Gaza, yang sebagian disalahkan pada Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
"Mereka bekerja untuk menciptakan situasi keamanan yang lebih baik di lapangan, tetapi jelas, saat ada penjarahan yang terjadi, ada keruntuhan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller pada Selasa. "IDF tentu saja memikul sebagian tanggung jawab atas hal itu."
Sementara itu, saluran TV Al-Aqsa yang dikelola Hamas melaporkan bahwa pasukan keamanan Gaza telah menewaskan lebih dari 20 orang yang terlibat dalam penjarahan truk bantuan, meskipun tidak secara spesifik menyebutkan insiden pada Sabtu.
Koalisi Kekuatan Nasional dan Islam, yang terdiri dari kelompok-kelompok Palestina, memuji tindakan kementerian dalam negeri Gaza terhadap para penjarah, yang mereka sebut sebagai "pencuri kriminal yang mengganggu keamanan dan mencuri bahan makanan, roti, serta obat-obatan rakyat."
(del)