Selain itu, Tri mengatakan kecintaan olahraga perlu dibangun sejak kecil, seperti melalui senam yang dilakukan dalam satu hari ketika di TK dan SD. Jika sejak kecil dibuat senang olahraga dan didorong dengan banyaknya fasilitas olahraga di sekitar rumah, maka otot-otot lebih sensitif terhadap insulin.
"Jadi, kalau dari kecil sudah di doktrin senam olahraga jadi nanti punya warisan sehat. Jadi, otot-ototnya lebih sensitif terhadap insulin, kalau dari kecil sudah senang olahraga, dari kecil anak-anak sudah senang melakukan gerak di mana saja di lingkungannya, ini menciptakan fasilitas-fasilitas olahraga di rumah, sehingga anak laki-laki dan perempuan dari kecil sudah memiliki kultur gerak tempat lain," ujarnya.
Rekayasa sosial selanjutnya adalah mengkampanyekan naik kendaraan umum. Dia mengungkapkan jika kendaraan umum dibuat lebih nyaman, lebih banyak orang senang naik kendaraan umum dan lebih banyak orang yang melangkah.
Selain itu, Tri menjelaskan perlunya mengkampanyekan soal makanan, seperti makan tak harus dengan nasi. Menurut data, negara-negara Asia Selatan yang bahan makanan pokoknya nasi, risiko diabetes pun lebih tinggi. Karena itu, sumber karbohidrat tak perlu nasi, bisa seperti jagung, kentang, dan labu, yang bisa divariasikan.
"Yang berikutnya, pemerintah juga harusnya mewajibkan makanan-makanan kemasan dari industri-industri resmi, itu semuanya ada fakta kalorinya sehingga orang bisa memilih, 'Ini kalorinya kebanyakan untuk saya, ini kalorinya enggak cukup untuk saya, ini enggak cocok untuk saya," jelasnya.
Tri juga mengatakan membiasakan minum kopi tanpa gula atau kental manis. Dia juga menyebut pentingnya seleksi iklan produk makanan yang ditampilkan di ruang publik karena beberapa menyesatkan.
Selain itu, media sosial perlu dikontrol agar tidak ada hoaks yang beredar sebagai upaya melindungi masyarakat. Tri juga menyebut perlunya upaya meningkatkan jumlah penduduk dengan pendidikan tinggi karena semakin tinggi pendidikan akan lebih mudah diedukasi untuk hidup lebih sehat.
"Selanjutnya meningkatkan pendidikan masyarakat yang tinggi, karena jelas bahwa kalau makin tinggi pendidikan itu akan lebih sedikit angka merokoknya, kalau orang lebih tinggi sekolah, maka lebih mudah diedukasi, lebih mudah diarahkan, lebih mudah untuk sehat," pungkasnya.
(dec/spt)