Logo Bloomberg Technoz

Trump Effect Membangunkan Lagi 'Perry Sang Elang'

Ruisa Khoiriyah
20 November 2024 16:15

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nada hawkish mendominasi hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diumumkan pada Rabu siang ini, memberikan sinyal stance kebijakan bank sentral kembali ketat bahkan bisa semakin ketat ke depan.

Hawkish, berasal dari kata hawk atau elang, sebuah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut stance kebijakan moneter cenderung ketat, atau bunga acuan tinggi. Sebutan The Hawkish Perry atau Perry Sang Elang, kembali terdengar, seperti ketika Gubernur BI dua periode itu secara spartan menaikkan bunga acuan selama Agustus 2022-April 2024 sebesar 275 bps.

Atau ketika ia baru menjabat sebagai orang nomor satu di BI pada Mei 2018, lantas menaikkan BI rate hingga 150 bps dalam enam bulan pertama masa jabatannya di bank sentral.

Di pengujung 2024 ini, lanskap global yang telah berubah sangat cepat dan akan mempengaruhi dinamika perekonomian ke depan, pasca Pilpres Amerika Serikat (AS) memenangkan Donald Trump, seolah menempatkan lagi kebijakan moneter BI di bawah Perry kembali seperti ketika mula serial pengetatan moneter dilakukan bank sentral pada 2022 silam.

Risiko reinflasi dari penerapan kebijakan tarif impor dinilai akan membatasi jalur penurunan bunga acuan global. Selain itu, kebijakan fiskal ekspansif Trump juga akan semakin memantik kenaikan yield surat utang AS, Treasury.