Dalam beberapa kasus, seperti pada Konvensi Nasional Partai Demokrat, para kreator internet diperlakukan sebagai anggota media dan bekerja bersama para jurnalis.
Kasus lain, selebritas di dunia digital menggantikan jurnalis sama sekali, dengan Trump menolak atau membatalkan wawancara dengan media arus utama dan malah duduk untuk rekaman podcast dengan kelompok lainnya, seperti Joe Rogan dan Logan Paul.
Awal tahun ini, NBC mengandalkan puluhan influencer untuk membantu meliput Olimpiade di Paris, membiayai perjalanan mereka dan memberi mereka kredensial pers.
Dalam dua minggu sejak kemenangan Trump, para pengamat politik mempertanyakan apakah organisasi berita tradisional kehilangan relevansinya karena semakin banyak orang Amerika yang beralih ke medsos - dan pembuat konten, khususnya - untuk mengikuti peristiwa terkini.
Elon Musk, orang terkaya di dunia dan pemilik jejaring medsos X, telah mendorong narasi ini secara agresif.
“Realitas dari pemilu ini sangat jelas terlihat di X, sementara sebagian besar media lama berbohong tanpa henti kepada publik,” ia memposting kepada lebih dari 200 juta pengikutnya setelah kemenangan Trump. “Kalian adalah media sekarang.”
The reality of this election was plain to see on ?, while most legacy media lied relentlessly to the public.
— Elon Musk (@elonmusk) November 6, 2024
You are the media now.
Please post your thoughts & observations on ?, correct others when wrong and we will have at least one place in the world where you can come… https://t.co/OcC3SKWHzA
Sementara X, yang sebelumnya bernama Twitter, adalah platform medsos paling populer bagi para influencer berita, aplikasi video TikTok dan YouTube milik Google merupakan rumah bagi sebagian besar influencer berita yang memonetisasi konten mereka dan tidak memiliki latar belakang formal di bidang jurnalisme.
Dari seluruh influencer berita di TikTok, 84% tidak pernah bekerja di bidang jurnalisme. Sekitar tiga perempat dari para influencer tersebut mencoba menghasilkan uang dari analisis berita mereka, baik dengan meminta tip, menjajakan barang dagangan, atau menawarkan langganan terpisah untuk mendapatkan materi eksklusif, demikian temuan Pew.
Tidak seperti reporter yang sering kali memiliki pelatihan jurnalistik lebih formal dan batasan editorial, influencer umumnya bebas memposting apa pun yang mereka inginkan dan tanpa editor atau pemeriksa fakta.
Influencer Raih Untung, Padukan Pendapat Pribadi dan Fakta
Mereka mencampurkan opini pribadi dengan fakta, mengambil sikap terhadap isu-isu politik atau sosial yang sedang hangat, dan mengeruk keuntungan dari informasi yang mereka bagikan dengan menjual produk di samping unggahan mereka atau meminta sumbangan dari pengikut, kata laporan itu.
Banyak publikasi berita tradisional tidak mengizinkan reporter secara pribadi menghasilkan uang dari setiap berita yang mereka tulis, mengumpulkan bayaran dari narasumber atau pembaca, atau berbagi pandangan politik pribadi.
Itu semua dilakukan untuk menghindari munculnya bias dan konflik kepentingan. Meski begitu, sebagian besar pengguna media sosial yang mengandalkan influencer berita mengatakan bahwa informasi yang mereka tawarkan unik dan terkadang lebih bermanfaat daripada yang mereka temukan di tempat lain.
Dari orang dewasa AS yang secara teratur mendapatkan berita dari influencer, 65% mengatakan bahwa para influencer tersebut telah “membantu mereka lebih memahami peristiwa terkini dan isu-isu kewarganegaraan.”
Pew tidak menyelidiki apakah para influencer berita telah bermitra dengan organisasi berita arus utama untuk membantu publikasi tersebut mendorong langganan berbayar atau lalu lintas, tetapi kolaborasi semacam itu mungkin akan segera terjadi karena semakin banyak orang Amerika yang beralih ke platform media sosial untuk mendapatkan berita.
Salah satu kantor berita yang telah mulai merangkul pendekatan ini adalah Yahoo News, yang pada awal tahun ini meluncurkan program kreator yang membayar para influencer dari pendapatan iklan sebagai imbalan untuk memposting konten ke situsnya.
Meskipun Yahoo News sebagian besar mengumpulkan artikel dari publisher lain, Yahoo News dapat menjadi model awal untuk bisnis berita yang lebih luas yang berharap untuk mendapatkan lebih banyak penonton dan pelanggan.
Laporan Pew menganalisis ratusan akun influencer berita dengan lebih dari 100.000 pengikut; mensurvei lebih dari 10.600 orang dewasa di AS soal kebiasaan konsumsi berita mereka; dan meninjau konten dari lebih dari 100.000 unggahan di Facebook, Instagram, TikTok, X, dan YouTube pada bulan Juli dan Agustus.
(bbn)