Konsensus ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sampai dengan pagi ini memperkirakan BI Rate akan tetap ditahan di 6%, demi mendukung stabilitas nilai tukar rupiah yang dinilai masih akan menghadapi tekanan dalam jangka pendek.
Namun, hampir seperempat dari ekonomi yang disurvei memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75% dalam pertemuan siang hari ini demi mendukung pemulihan ekonomi dalam negeri yang saat ini terjebak kelesuan daya beli dan keketatan likuiditas.
BI sebenarnya memiliki ruang memangkas bunga acuan itu kendati rupiah telah melemah 2,13% sejak RDG bulan lalu digelar. Sejatinya, posisi cadangan devisa yang memadai bisa menjadi amunisi berharga bagi Bank Sentral dalam meredakan tekanan jangka pendek yang mengancam rupiah.
Adapun BI memiliki cadangan devisa yang memadai dengan posisi pada Oktober berada di level tertinggi sepanjang sejarah sebesar US$ 151,2 miliar. Yang terbaru, cadangan devisa RI juga mendapat suntikan likuiditas segar dari penerbitan sukuk global senilai US$ 2,75 miliar.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, fokus pasar saat ini tertuju pada keputusan RDG BI dan petunjuk dari BI mengenai potensi pelonggaran kebijakan moneter di 2025. Konsensus menunjukan keyakinan RDG BI akan menahan suku bunga di 6%.
“Akan tetapi, sejumlah ekonom masih menilai terdapat peluang BI memangkas suku bunga acuan, khususnya jika mempertimbangkan upaya menjaga pertumbuhan ekonomi,” mengutip riset Phintraco.
Dalam risetnya, IHSG catatkan technical rebound, mendekati level psikologis 7.200 di Selasa kemarin.
“Secara teknikal, terbentuk golden cross di pivot area pada Stochastic RSI. Berdasarkan indikasi tersebut, IHSG berpotensi lanjutkan rebound ke 7.230–7.250.”
(fad)