Logo Bloomberg Technoz

Yesay mengatakan Kilang Balikpapan nantinya diharapkan bisa memiliki kapasitas produksi 360.000 barel pengolahan minyak mentah menjadi BBM rendah sulfur.

“Saat ini kita juga sedang menunggu [Kilang] Balikpapan kan, ada 2 DHT besar-besar [dengan kapasitas] 150 MBSD [million barrel stream per day] sehari. Jadi mudah-mudahan pada 2025—2026 ini bisa online,” ujarnya.

“Berdasarkan roll out sih, kayaknya [prioritas distribusi BBM rendah sulfur mengarah ke] Jawa dahulu mungkin sama Sumatra, baru nanti ke belakang ya, mendekati 2027—2028, ke seluruh Indonesia.”

Dia menyebut investasi yang dibutuhkan untuk empat kilang yang dirancang bisa menghasilkan BBM standar Euro 4 diperkirakan mencapai sekitar US$2 milair—US$3 miliar (sekitar Rp31,71 triliun—Rp47,56 triliun).

“Kalau investasi, disclaimer, sekitar US$2 miliar—US$3 miliar. Harga akhir [BBM Euro 4] di konsumen kita mau cari formulasinya, kompensasi harganya; seperti skenario Rp200—Rp500 per liter, range-nya segitu,” ujarnya. 

Kilang Biofuel

Selain memaksimalkan DHT dan GSH di beberapa kilangnya, tidak menutup kemungkinan KPI ke depannya membangun kilang bahan bakar ramah lingkungan atau green refinery dengan bahan baku minyak kelapa sawit.

“Nanti produknya ada green avtur, ada green nafta, green diesel; tetapi itu masih proyek masa depan,” imbuh Yesay. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya memaparkan pemerintah telah membuat peta jalan atau roadmap pelaksanaan pendistribusian BBM rendah sulfur.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menjelaskan, berdasarkan peta jalan yang ada, pendistribusian BBM bersulfur rendah jenis minyak solar pada tahap awal akan mulai didistribusikan di Jakarta, Cikampek, dan Balongan.

Distribusi lalu dilanjutkan pada tahap berikutnya di Nusa Tenggara dan Kalimantan, kemudian berlanjut ke Sulawesi, Papua, dan Maluku.

Sementara itu, pendistribusian jenis bensin bersih bersulfur rendah tahap awal akan diinisiasi di daerah Sumatra bagian utara (Sumbagut) dilanjutkan ke Sumatra bagian selatan (Sumbagsel) sebagian, lalu Banten dan Jawa Tengah bagian utara, serta Kalimantan Barat.

"BBM rendah sulfur adalah sebuah kebutuhan, karena kita semua tahu kualitas udara kita saat ini kurang bagus dan salah satu penyebabnya adalah BBM kita yang mengandung sulfur yang tinggi," ujar Agus, belum lama ini.

Untuk diketahui, Indonesia sebenarnya telah mengatur standar Euro 4 sejak 2018 melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 20/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O.

Standar E4 yang diterapkan di RI mensyaratkan batas emisi karbon monoksida (CO) 1 gram/km, hidrokarbon (HC) 0,1 gram/km, dan nitrogen oksida 0,08 gram/km untuk mesin bensin.

Selanjutnya, spesifikasi BBM dengan standar Euro 4 adalah memiliki research octane number (RON) minimal 91, bebas timbal, dan kandungan sulfur maksimal 50 ppm.

(wdh)

No more pages