"Konten berbahaya yang disalurkan oleh algoritma media sosial, seperti pornografi, kekerasan, dan tren yang merusak, semakin mengkhawatirkan pemerintah di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tanpa regulasi yang jelas, generasi muda Indonesia berisiko kehilangan kendali atas perkembangan mereka sendiri, terjebak dalam jeratan konten yang merusak moral dan psikologis mereka," jelasnya.
Dampak Negatif Algoritma Medsos
Terkait dengan algoritma medsos, Achmad memaparkan, sering kali tidak hanya mengabaikan batas usia, tetapi secara aktif menyarankan konten berbahaya.
Ia juga menyoroti tren tantangan viral yang mendorong anak-anak melakukan tindakan berbahaya demi mendapatkan perhatian di media sosial.
Contoh adalah tantangan memakan deterjen atau melompat dari ketinggian, yang pernah viral di beberapa negara.
"Algoritma ini, yang dirancang untuk mempertahankan keterlibatan pengguna, sering kali mengabaikan dampaknya pada anak-anak. Ketergantungan pemerintah pada platform asing tanpa regulasi ketat sebelumnya menjadi alasan mengapa kebijakan ini baru muncul sekarang."
Oleh sebab itu, ia menekankan ketergantungan pada media sosial dapat mengganggu hubungan sosial anak-anak, di mana mereka lebih tertarik pada dunia maya dibandingkan interaksi langsung.
"Fenomena ini menunjukkan bagaimana algoritma media sosial dapat memperkuat perilaku merugikan jika tidak diawasi dengan baik," jelasnya.
"Ketergantungan pada media sosial sering kali menyebabkan masalah konsentrasi, sehingga mengganggu kemampuan belajar mereka di sekolah. Jika tidak segera diatasi, generasi muda akan tumbuh dengan nilai-nilai yang salah dan kemampuan sosial yang terdistorsi."
Sebagai catatan, dalam State of Mobile 2024, warga Indonesia diketahui menjadi pengguna yang paling lama menghabiskan waktu dengan perangkat mobile seperti HP smartphone atau tablet pada 2023, yaitu 6,05 jam setiap hari, mengutip dari rilis BKKBN,
Selain itu, penduduk Indonesia adalah satu-satunya masyarakat yang menghabiskan waktu menatap layar gagdet lebih dari 6 jam/hari.
Pada peringkat kedua Thailand, berdasarkan hasil survey mayoritas penduduknya menghabiskan 5,64 jam/hari untuk menatap layar gadget.
Posisi ketiga ada Argentina dengan mayoritas pengguna gadget di negaranya menghabskan 5,33 jam/hari untuk menatap layar gadget.
(wep)