"Saya di sini di Beirut untuk memfasilitasi keputusan itu," kata Hochstein. "Namun, pada akhirnya keputusan untuk mencapai penyelesaian konflik ini merupakan keputusan kedua belah pihak. Sekarang sudah berada dalam genggaman kami."
Berri, yang berbicara secara terpisah, mengatakan bahwa masih ada "beberapa detail teknis" yang harus diselesaikan dan langkah selanjutnya adalah Hochstein akan terbang ke Israel.
"Kami menunggu apa yang akan dia bawa dari sana [Israel]," ujar Berri kepada surat kabar Asharq Al-Awsat.
Pemerintahan Biden sedang berusaha mengakhiri konflik sebelum menyerahkan jabatannya kepada Presiden terpilih Donald Trump hanya dalam waktu kurang dari dua bulan.
Para pejabat AS dan pihak Israel menilai gencatan senjata jangka pendek di Lebanon lebih mungkin terjadi daripada di Gaza, di mana saaat ini perundingan antara Israel dan Hamas terhenti.
Pertempuran di Lebanon kemungkinan besar akan terus berlanjut meskipun pembicaraan gencatan senjata tengah berlangsung. Minggu ini, Israel meningkatkan serangan udara di Beirut dan beberapa wilayah lain di Lebanon.
Pada Senin (18/11/2024) malam, Hizbullah menyerang Tel Aviv dengan rudal. Rudal itu berhasil dicegat oleh militer Israel, tetapi puing-puing yang jatuh menyebabkan sejumlah kerusakan dan korban luka-luka di ibu kota komersial Israel itu.
Konflik ini dimulai hampir 14 bulan lalu ketika Hizbullah, organisasi yang didukung Iran, menembakkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap Hamas.
Ketegangan meningkat pada September ketika Israel mulai membunuh tokoh-tokoh senior Hizbullah, termasuk pemimpin lama Hassan Nasrallah, dan kemudian mengirim pasukan darat ke Lebanon selatan.
Sekitar 2.500 orang telah terbunuh di Lebanon akibat serangan Israel dan serangan daratnya dalam dua bulan terakhir. Sementara 1,2 juta orang — lebih dari seperlima populasi — telah mengungsi. Hizbullah terus menembaki Israel setiap hari, dan sekitar 50 tentara Israel telah tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan.
Rencana gencatan senjata ini didasarkan pada Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang dikenal dengan nama 1701, yang mengakhiri perang terakhir antara Israel dan Hizbullah pada 2006.
Meskipun Hizbullah dan Israel melanggar ketentuan resolusi tersebut, resolusi tersebut membantu menjaga perdamaian di antara keduanya.
Israel bersikeras bahwa, sesuai dengan 1701, Hizbullah memindahkan semua militannya kembali sekitar 30 kilometer (19 mil) dari perbatasan Lebanon-Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan hal tersebut merupakan kunci agar sekitar 60.000 orang yang mengungsi bisa kembali ke rumah mereka di Israel utara. Jumlah warga sipil yang sama harus mengungsi dari Lebanon selatan.
Israel juga menginginkan hak untuk terus menyerang target-target Hizbullah jika kelompok itu dianggap melanggar ketentuan-ketentuan perjanjian gencatan senjata. Baik Hizbullah maupun pemerintah Lebanon mengatakan mereka tidak akan menerima hal tersebut. Tidak jelas apa yang diusulkan AS untuk menyeimbangkan posisi keduanya.
Hizbullah adalah salah satu milisi paling kuat di Timur Tengah dan juga partai politik dengan dukungan substansial di kalangan Muslim Syiah di Lebanon. Pemerintah Lebanon hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap kelompok ini.
(bbn)