Konsensus ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sampai dengan pagi ini memperkirakan BI Rate akan tetap ditahan di 6%, demi mendukung stabilitas nilai tukar rupiah yang dinilai masih akan menghadapi tekanan dalam jangka pendek.
Namun, hampir seperempat dari ekonomi yang disurvei memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75% dalam pertemuan siang hari ini demi mendukung pemulihan ekonomi dalam negeri yang saat ini terjebak kelesuan daya beli dan keketatan likuiditas.
BI sebenarnya memiliki ruang memangkas bunga acuan itu kendati rupiah telah melemah 2,13% sejak RDG bulan lalu digelar. Sejatinya, posisi cadangan devisa yang memadai bisa menjadi amunisi berharga bagi Bank Sentral dalam meredakan tekanan jangka pendek yang mengancam rupiah.
Adapun BI memiliki cadangan devisa yang memadai dengan posisi pada Oktober berada di level tertinggi sepanjang sejarah sebesar US$ 151,2 miliar. Yang terbaru, cadangan devisa RI juga mendapat suntikan likuiditas segar dari penerbitan sukuk global senilai US$ 2,75 miliar.
Dari global, seperti yang diwartakan Bloomberg News, pasar juga tengah melihat dengan cermat adanya tanda-tanda risiko geopolitik yang bakal meningkat. Dipicu oleh serangan pertama Ukraina ke Rusia dengan rudal AS dan persetujuan Presiden Vladimir Putin atas doktrin nuklir yang diperbaruinya.
Menurut laporan RBC Ukraina pada Selasa, serangan ini menjadi yang pertama setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden memberikan izin terbatas kepada Ukraina untuk menggunakan rudal tersebut dalam menyerang sasaran di dalam wilayah Rusia.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengonfirmasi bahwa Rusia akan menganggap serangan oleh Ukraina menggunakan rudal Barat sebagai aksi oleh negara non-nuklir yang didukung kekuatan nuklir.
“Federasi Rusia memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir jika terjadi agresi dengan senjata konvensional yang mengancam kedaulatan atau integritas teritorialnya,” ujar Peskov seperti dikutip dari Kantor Berita TASS.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, peningkatan tensi geopolitik di Ukraina Timur setelah Ukraina menyerang Rusia dengan 6 rudal balistik buatan AS. Dengan demikian, ketegangan bukan hanya antara Rusia dengan Ukraina, tapi juga dengan Uni Eropa dan terutama AS.
“Pasar nampaknya belum punya cukup waktu untuk merespon hal di atas dan masih berspekulasi terhadap respon dari Rusia,” mengutip riset Phintraco.
Dalam risetnya, IHSG catatkan technical rebound, mendekati level psikologis 7.200 di Selasa kemarin.
“Secara teknikal, terbentuk golden cross di pivot area pada Stochastic RSI. Berdasarkan indikasi tersebut, IHSG berpotensi lanjutkan rebound ke 7.230–7.250.”
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBYB, ARTO, EMTK, INDF dan ASII.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, belum ada perubahan signifikan pada pergerakan IHSG setelah sebelumnya menembus support 7.228,
“Arah tren masih bearish dan masih berpotensi melanjutkan penurunan ke area support berikutnya di 6.998–7.064,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Rabu (20/11/2024).
BRI Danareksa juga memberikan catatan, resisten sementara di 7.370.
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, GOTO, dan JPFA.
(fad)