Jika hakim Mehta menerima proposal DOJ, mereka berpotensi membentuk kembali pasar pencarian daring dan industri AI yang sedang berkembang pesat. Kasus ini diajukan di bawah pemerintahan pertama Trump dan dilanjutkan di era kepresidenan Joe Biden.
Kasus ini menandai upaya paling agresif untuk mengendalikan perusahaan teknologi sejak Washington gagal membubarkan Microsoft Corp dua dekade lalu.
Memiliki peramban web paling populer di dunia adalah kunci bagi bisnis iklan Google. Perusahaan ini bisa melihat aktivitas pengguna yang masuk, dan menggunakan data tersebut untuk menargetkan promosi lebih efektif, yang menghasilkan sebagian besar pendapatannya.
Google juga telah menggunakan Chrome untuk mengarahkan pengguna ke produk AI andalannya, Gemini, yang berpotensi berevolusi dari bot penjawab menjadi asisten yang mengikuti perintah pengguna di seluruh web.
Lee-Anne Mulholland, wakil presiden Google untuk urusan regulasi, mengatakan DOJ "terus mendorong agenda radikal yang jauh melampaui masalah hukum dalam kasus ini."
Ia menambahkan, "pemerintah yang ikut campur dengan cara-cara seperti ini akan merugikan konsumen, pengembang, dan kepemimpinan teknologi AS tepat pada saat yang paling dibutuhkan."
Departemen Kehakiman AS menolak berkomentar atas pernyataan Google tersebut.
Saham Alphabet tak banyak berubah saat pasar dibuka pada Selasa di New York. Saham ini ditutup pada harga US$176,80 dan telah naik 25% tahun ini.
(bbn)