Perubahan sikap AS ini merupakan respons terhadap keputusan Korut mengirim lebih dari 10.000 tentara ke Kursk untuk mendukung Rusia.
Selain itu, peningkatan serangan Rusia terhadap infrastruktur energi Ukraina juga menjadi alasan di balik keputusan ini, menurut sumber yang mengetahui situasi tersebut.
Senjata Apa Saja yang Diizinkan AS untuk Ukraina?
AS memberikan persetujuan kepada Ukraina untuk menggunakan Army Tactical Missile Systems (ATACMS), senjata buatan AS yang terkenal dengan kemampuan taktisnya.
ATACMS adalah rudal supersonik berpemandu dengan jangkauan hingga 300 kilometer (190 mil) dan dapat membawa muatan konvensional maupun amunisi cluster.
Rudal ini diproduksi oleh Lockheed Martin Corp dan dapat diluncurkan melalui platform HIMARS, yang telah disuplai AS kepada Ukraina, serta platform MLRS M270, yang dikirim oleh negara-negara seperti Inggris.
Selama beberapa bulan terakhir, Ukraina telah menggunakan drone buatan lokal untuk menyerang wilayah jauh di dalam Rusia. Namun, rudal ATACMS dipandang lebih destruktif dibandingkan drone tersebut.
Apa langkah yang dilakukan sekutu Ukraina lainnya?
Inggris sedang mempertimbangkan kemungkinan memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jelajah Storm Shadow guna menyerang wilayah lebih dalam di Rusia.
Prancis, di sisi lain, secara pribadi memuji keputusan Presiden AS Joe Biden. Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, menyatakan bahwa Prancis tetap terbuka untuk mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh buatan mereka untuk menargetkan sasaran militer di Rusia. Prancis saat ini memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh SCALP.
Sementara itu, Jerman mempertahankan pendiriannya untuk tidak memberikan rudal jelajah jarak jauh Taurus kepada Ukraina, bahkan setelah munculnya kabar mengenai keputusan AS.
Bagaimana keputusan AS mempengaruhi jalannya konflik?
Dalam upaya mendapatkan persetujuan dari AS, pejabat Ukraina — yang presidennya, Volodymyr Zelenskiy, telah lama mengeluhkan keterbatasan dukungan militer AS — menekankan bahwa mereka membutuhkan kemampuan untuk menyerang pangkalan udara dan pesawat Rusia yang digunakan untuk serangan bom meluncur serta serangan rudal. Ukraina juga ingin menargetkan jaringan logistik dan komando Rusia.
Lebih dari setahun lalu, AS mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak pendek buatannya untuk menyerang wilayah yang diduduki Rusia di Ukraina. Kyiv mengklaim bahwa serangan ini memberikan dampak signifikan di medan perang.
Namun, para pejabat sekutu tidak berharap bahwa otorisasi terbaru ini akan memberikan dampak yang sebanding, setidaknya dalam waktu dekat, atau secara dramatis mengubah keseimbangan konflik.
Pasukan Ukraina dalam beberapa bulan terakhir mengalami tekanan berat dari tentara Rusia yang lebih banyak jumlahnya dan memiliki perlengkapan lebih baik.
Pada September lalu, Pentagon menyatakan bahwa Rusia telah memindahkan 90% pesawat yang digunakan untuk meluncurkan bom meluncur dan serangan rudal terhadap Ukraina ke luar jangkauan rudal ATACMS.
Selain itu, pasokan rudal ini di Ukraina masih terbatas, dengan biaya per rudal yang mencapai lebih dari US$1 juta.
Bagaimana Rusia akan memberi tanggapan?
Sejak permintaan Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS menjadi publik, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa penggunaan senjata AS di wilayah Rusia akan dianggap sebagai eskalasi konflik.
Pada September lalu, Putin mengancam bahwa langkah tersebut akan dilihat sebagai "partisipasi langsung" negara-negara NATO dalam perang di Ukraina, meskipun ia tidak menjelaskan secara rinci bagaimana Moskow akan merespons.
Dalam konferensi pers pada 18 November, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa keputusan AS tersebut akan memicu "babak ketegangan baru yang sangat signifikan."
Para pejabat negara-negara Barat memperkirakan bahwa Rusia mungkin membalas dengan meningkatkan upaya sabotase di negara-negara sekutu Ukraina.
Selain itu, Rusia juga bisa membantu kelompok-kelompok yang didukung Iran untuk menargetkan pasukan AS di kawasan Timur Tengah.
Mengapa AS berubah pikiran?
Keputusan Gedung Putih disebut sebagai respons terhadap meningkatnya dukungan Korut bagi militer Rusia, serta meningkatnya serangan rudal dan drone Rusia ke Ukraina, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.
AS dan sekutunya sangat khawatir atas kesepakatan Korut untuk mengirim pasukan mereka guna mendukung Rusia dalam pertempuran.
Beberapa penilaian pemerintah menyebutkan bahwa Korut pada akhirnya dapat mengirim hingga 100.000 tentara ke Rusia secara bergilir dari waktu ke waktu.
Biden juga mencari cara untuk memperkuat posisi Ukraina menjelang akhir masa jabatannya, hanya dua bulan sebelum Donald Trump kembali menjabat dengan janji untuk segera mengakhiri perang.
Namun, pejabat AS memperingatkan bahwa menyediakan lebih banyak rudal ke Ukraina dapat menyebabkan kekurangan senjata penting ini untuk pasukan Amerika sendiri.
Apa kata pemerintahan Trump tentang hal ini?
"Ini adalah langkah lain menaiki tangga eskalasi, dan tidak ada yang tahu ke mana ini akan berujung," ujar Mike Waltz, anggota Kongres dari Florida yang ditunjuk Trump sebagai Penasihat Keamanan Nasional, pada 18 November.
Ia menegaskan kembali rencana presiden terpilih untuk menegosiasikan akhir perang.
Donald Trump Jr, putra Trump, menulis di X bahwa keputusan tersebut berisiko memprovokasi "Perang Dunia Ketiga," sejalan dengan peringatan Kremlin.
Trump sendiri belum menjelaskan secara spesifik bagaimana ia akan mengakhiri perang ini, sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa ia dapat menekan Ukraina untuk menerima kesepakatan yang tidak menguntungkan dengan Rusia.
(bbn)