Menurut Niko, manajemen GOTO memberikan petunjuk bahwa teknologi AI berbasis LLM ini akan digunakan dalam bisnis pinjaman GoTO Financial. Dengan teknologi, diharapkan penyaluran pinjaman akan meningkat signifikan dengan rasio pinjaman bermasalah (net performing loan) stabil di sekitar 1%.
"Sementara Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Indonesia menimbulkan tantangan untuk analisis data, kami percaya kemajuan AI GOTO dan data siklus pinjaman akan mendorong pertumbuhan bisnis pinjaman, dengan memanfaatkan kemitraannya dengan TikTok untuk menjangkau pelanggan baru," kata Niko dalam riset terbaru.
Niko menilai kedua strategi baru GOTO tersebut akan membuat efisiensi yang lebih baik dalam biaya berulang di 2025. Hal ini memungkinkan unit bisnis on-demand services akan meraih margin Adjusted EBITDA 1,2% dan Goto Financial mencapai EBITDA positif.
BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi beli untuk saham GOTO dengan target Rp90.
Sementara itu, Macquarie meningkatkan rekomendasi untuk GOTO menjadi outperform dari sebelumnya neutral dengan target harga Rp80. Rekomendasi ini setara dengan buy atau beli.
"Diharapkan pertumbuhan yang lebih baik untuk segmen ODS dan fintech. EBITDA GoTo Financial akan berubah positif pada kuartal IV-2024 atau 1 tahun lebih cepat dari pedoman manajemen," kata Analis Macquarie Ari Jahja.
Macquarie memprediksi adjusted EBITDA GOTO pada 2025 diperkirakan mencapai Rp1,3 triliun, setelah kinerja kuartal III-2024 melampaui perkiraan. "Perkembangan positif pada pendapatan dan pemangkasan biaya telah mendorong pemulihan," kata Ari Jahja.
(dba)