Arief mengatakan, penyaluran bantuan tersebut juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam menekan laju inflasi nasional, yang saat ini menyentuh 1,71% per Oktober 2024.
Meski turun dibandingkan inflasi bulan September 2024 yang sebesar 1,84%, namun komodirtas masih beras masih menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan kontribusi mencapai 0,15% secara tahunan.
"Bantuan pangan beras efektif menahan laju inflasi pangan, utamanya beras," ujar Arief.
Sementara itu, Arief mengatakan realisasi bantuan pangan beras hingga Oktober 2024 telah mencapai Rp26,16 triliun, atua baru mencapai 72,44% dari total pagu anggaran yang sebesar Rp36,12 triliun.
"Sisa anggaran akan direalisasikan pada Desember 2024, menunggu pelaksanaan kegiatan serta riviu BPKP dan aparat pengawasan interen pemerintah atas pelaksanaan tersebut," tuturnya.
Di sisi lain, Bapanas juga telah mengalokasikan anggaran pada 2024 untuk digunakan sebagai dana operasional Badan Gizi Nasional Rp11,73 miliar.
Sementara itu stok beras perum bulog secara nasional per 15 November 2024 sebesar 1,81 juta ton, dengan stok on hand 1,58 juta ton. Stok tersebut tersebar di seluruh gudang Bulog di Kabupaten dan Kota se-Indonesia.
Bantuan pangan beras merupaka program pemerintah berupa penyaluran beras yang bersumber dari stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog.
Program ini merupakan salah satu pemanfaatan CBP, yang berdasarkan amanat Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah. Bantuan pangan beras ini disalurkan sejak awal 2023 dalam dua tahapan, kemudian dilanjutkan lagi pada 2024.
(ain)