Jadi, lanjut Djenod, Danantara seperti INA yang dibuat lebih besar lagi. "Jauh lebih besar," imbuhnya.
Aset yang dikonsolidasikan ke Danantara nanti juga merupakan seluruh aset BUMN yang berada di luar APBN.
Mulai hari ini, Danantara melakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan BUMN yang akan melakukan investasi pada badan baru tersebut.
Terjadwal untuk hari ini, Danantara akan melakukan pertemuan dengan direksi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Kemudian, Danantara akan melakukan pertemuan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID pada Rabu (20/11) mendatang.
Terakhir, Danantara akan melakukan pertemuan dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Pertamina (Persero) yang dijadwalkan akan dilakukan pada Senin (25/11) pekan depan.
BP Danantara dirancang untuk beroperasi sebagai SWF dengan aset awal sebesar US$600 miliar, atau sekitar Rp9.429,8 triliun (dengan kurs Rp15.716/US$). Aset tersebut terdiri dari sejumlah perusahaan BUMN besar, yaitu:
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
- PT PLN
- Pertamina
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
- MIND ID
Payung hukum untuk Danantara nanti berupa peraturan pemerintah (PP) dan peraturan presiden (perpres) yang kabarnya sudah memasuki tahap akhir.
Peraturan itu kabarnya akan segera ditandatangani dan diterbitkan oleh Prabowo Subianto usai kembali ke Indonesia dari lawatan ke luar negeri.
(fik/dhf)