Logo Bloomberg Technoz

Permintaan Batu Bara China-AS Turun, ESDM Dorong Ekspor ke Afrika

Dovana Hasiana
19 November 2024 14:20

Balikpapan Coal Terminal (BCT) dimiliki dan dioperasikan oleh Bayan Group (Dok. PT Bayan Resources)
Balikpapan Coal Terminal (BCT) dimiliki dan dioperasikan oleh Bayan Group (Dok. PT Bayan Resources)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan pemerintah mendorong diversifikasi pasar ekspor batu bara ke negara-negara berkembang di kawasan Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara yang masih bergantung pada energi fosil. 

Pernyataan ini dilontarkan untuk menanggapi laporan dari Bank Dunia atau World Bank (WB), yang mengestimasikan penurunan konsumsi batu bara bakal terjadi pada 2025 dan makin parah pada 2026, menyusul proyeksi kemerosotan permintaan dari China, Eropa, dan Amerika Serikat (AS).

"Pemerintah mendorong diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara berkembang seperti Asia Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara, yang masih cukup bergantung pada batu bara," ujar Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq kepada Bloomberg Technoz, dikutip Selasa (19/11/2024).

Selain itu, kata Julian program penghiliran atau hilirisasi batu bara seperti gasifikasi batubara menjadi dimetil eter (DME) dan produk hilirisasi lainnya akan menjadi prioritas pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk batu bara, mendukung stabilitas pasar domestik, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor mentah.

Pengapalan batu bara di Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur./Bloomberg-Dimas Ardian

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), China sebelumnya merupakan negara tujuan ekspor batu bara terbesar Indonesia, sebelum posisinya digeser oleh India sejak 2022. Volume ekspor ke Negeri Panda mencapai 81,68 juta ton pada 2023, naik dari tahun sebelumnya sebanyak 69,68 juta ton, tetapi anjlok dari 2022 yang menembus 108,48 juta ton.