Logo Bloomberg Technoz

Di samping itu, keberhasilan produsen EV China juga tidak terlepas dari dukungan strategi inovasi teknologi terintegrasi. 

Banyak perusahaan seputar teknologi terkait memiliki kendali atas lebih dari sepertiga produksi baterai global, menguasai 60% kapasitas pemrosesan litium.

Mereka kemudian secara agresif mengamankan pasokan mineral penting melalui investasi internasional. Faktor-faktor ini memungkinkan produsen seperti BYD melampaui pemain tradisional, termasuk Jepang dan Eropa.

Tren EV lesu, skeptis pada teknologi atau redupnya privilese?

Hal ini juga turut didorong dengan Xiaomi Corp, perusahaan teknologi asal China yang banyak dikenal dengan produk ponsel pintar (smartphone), jadi anomali di pasar kendaraan listrik (mobil listrik/EV).

Xiaomi masuk ke pasar pada Maret dan dalam waktu satu bulan mencatatkan 75.723 pesanan model perdana SU7 seharga 215.900 yuan (sekitar Rp484 juta).

Jepang kini mencoba mengejar ketertinggalannya dengan berinvestasi dalam baterai solid-state, teknologi yang dijanjikan dapat memberikan daya lebih lama dan pengisian lebih cepat dibandingkan baterai lithium-ion saat ini. 

Toyota coba mengejar ketertinggalan

Toyota telah mengalokasikan 2 triliun yen untuk meluncurkan kendaraan berbaterai solid-state pertama mereka pada 2027. Namun, ketertinggalan Jepang ini juga turut berdampak signifikan pada pasar ekspor mereka.

Honda, misalnya, telah mengurangi produksi kendaraan berbahan bakar bensin di China sebanyak 500.000 unit per tahun. Nissan bahkan menutup salah satu pabriknya di Jiangsu, sementara Mitsubishi menarik diri dari pasar China.

“Perekonomian Jepang bergantung pada industri otomotif,  karena sektor ini menyumbang 15%  dari produksi industri,” kata ekonom Oxford Economics  Makoto Tsuchiya dan  Norihiro Yamaguchi, dilansir dari Financial Review, Selasa (19/11/2024),

“Selain itu, sektor ini memiliki salah satu efek pengganda tertinggi, mengingat luas dan dalamnya rantai pasokannya.”

Sebaliknya, EV seperti Tesla justru memperluas operasinya di Eropa dengan menggandakan kapasitas pabriknya di Berlin. BYD kemudian melakukan ekspansi ke Turki dan Hungaria, memanfaatkan tarif perdagangan Uni Eropa yang lebih menguntungkan.

(wep)

No more pages