Sekitar 782.000 orang melakukan protes di seluruh Prancis, 112.000 di antaranya berada di Paris, kata Kementerian Dalam Negeri. Jumlahnya jauh lebih tinggi menurut serikat pekerja CGT, yang berjumlah total 2,3 juta orang di negara ini.
Simbol-simbol kekuatan korporasi di negara tesebut pun jadi sasaran, Louis Vuitton Foundation yang berada di pinggiran kota Paris dirusak. Di Montbard, sebuah kota di Burgundy, para pengunjuk rasa melakukan aksi memukul panci, sebuah tradisi yang berasal dari penggulingan monarki Prancis pada tahun 1789.
Pemberontakan warga bermula dari tekad Macron untuk menaikkan usia pensiun minimum menjadi 64 dari 62, dan kebijakan itu sekarang sudah menjadi undang-undang.
Macron telah berusaha untuk memoles citra internasionalnya dengan beberapa melakukan kunjungan-kunjungan ke luar negeri, termasuk China. Namun di dalam negeri, ia sangat tidak populer akhir-akhir ini.
Aksi protes warga Prancis ini pun menjadi perhatian dunia,
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Darmanin menanggapi rusuhnya unjuk rasa yang meningkat di negara tersebut dengan sebuah cuitan di Twitter, yang mengatakan bahwa "kepolisian menghadapi para preman yang sangat kejam yang datang dengan satu tujuan: membunuh polisi dan menyerang properti orang lain."
François Lecuyer, seorang pensiunan yang pernah bekerja di Bank of France dan memilih Macron dalam dua kali pemilu mengatakan dia sudah muak dengan kebijakan reformasi pensiun itu dan gaya pemerintahan Macron.
“Mari kita buang teknokrat ke tempat sampah,” katanya. “Kondisi kerja tidak cukup baik untuk kami bekerja lebih lama, apakah itu di toko roti, di pabrik, atau hanya mengklik mouse sepanjang hari.”
(bbn)