Apalagi, produksi batu bara Indonesia memang akan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu, terutama terkait dengan ketahanan energi, yang permintaannya mengalami peningkatan dari sektor kelistrikan, industri smelter, serta bahan baku untuk hilirisasi batu bara.
"Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara [UU Minerba] dan sesuai dengan visi misi Presiden [Prabowo Subianto], produksi batu bara Indonesia akan lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. Setelah kebutuhan domestik terpenuhi, kelebihan produksi akan dialokasikan untuk ekspor," jelas Julian kepada Bloomberg Technoz, kemarin.
Pada 2024, kata Julian, Kementerian ESDM merencanakan produksi batu bara nasional sebanyak 710 juta ton dan realisasi sampai akhir tahun ini diperkirakan mencapai 800 juta ton.
Sementara itu, untuk 2025, produksi batu bara Indonesia ditargetkan mencapai 740 juta ton, dengan porsi 240 juta ton untuk domestik dan 500 juta ton untuk ekspor.
Sementara itu, pada 2026, produksi batu bara diproyeksikan mengalami penurunan menjadi sejumlah 728 juta ton, dengan porsi ekspor menurun menjadi 480 juta ton dan domestik meningkat menjadi 248 juta ton.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih berada di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 42,46. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 32,81. Menempati area jual (short).
Dalam waktu dekat, harga batu bara rasanya masih akan bergerak terbatas. Target resisten ada di kisaran US$ 142-143/ton.
Adapun target support sepertinya ada di rentang US$ 140-137/ton.
(aji)