Latar belakang pagi ini di Asia menjadi sinyal bagi pelaku pasar spot, bahwa gerak rupiah kemungkinan masih bisa menguat meski mungkin dalam kisaran terbatas.
Hari ini, Bank Indonesia akan memulai pertemuan bulanan sampai Rabu nanti untuk mengkaji kondisi perekonomian terkini dan memutuskan kebijakan moneter yang sangat ditunggu.
Hasil konsensus Bloomberg sampai pagi ini memperlihatkan, mayoritas ekonom memperkirakan BI rate masih akan ditahan di 6%. Hanya 8 dari 33 prediksi yang masuk, memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75%.
Memantau pergerakan pasar obligasi negara, terlihat para investor memprediksi bunga acuan akan ditahan. Yield SBN tenor pendek 1Y dan 2Y dalam perdagangan kemarin bergerak naik masing-masing 1,3 bps dan 1,7 bps, ketika yield tenor lebih panjang mencatat penurunan.
BI sebenarnya memiliki ruang memangkas bunga acuan itu kendati rupiah telah melemah 2,13% sejak RDG bulan lalu digelar.
Kondisi kelesuan ekonomi domestik dinilai sudah sangat membutuhkan pelonggaran moneter. Terlebih inflasi sudah jatuh ke level terendah sejak 2021 dengan rekor lima bulan beruntun mencatat deflasi.
Konsumsi rumah tangga makin lesu dan kesulitan dibangkitkan di kala aktivitas manufaktur terkontraksi dalam empat bulan beruntun hingga memantik banyak kejadian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Indonesia kini mencatat rasio Setengah Pengangguran tertinggi sejak Agustus 2021 lalu, menyentuh 8%.
Serial pengetatan yang sudah dilakukan BI sejak 2022 lalu dan baru sekali saja diturunkan pada September lalu, telah memantik keketatan likuiditas yang dikeluhkan oleh perbankan. Pertumbuhan uang beredar melambat dalam tiga bulan berturut-turut.
Selain itu, Indonesia memiliki cukup cadangan devisa dengan posisi Oktober mencetak rekor terbesar sepanjang sejarah yang dicatat, yaitu US$ 151,2 miliar. Dengan cadangan devisa masih besar, BI memiliki amunisi yang memadai untuk memastikan nilai tukar rupiah stabil di tengah volatilitas jangka pendek.
Yang terbaru, Pemerintah RI baru saja menyelesaikan penjualan sukuk global senilai US$2,75 miliar atau sekitar Rp43,58 triliun dini hari tadi. Sukuk global yang dijual dalam tiga seri itu akan menambah pasokan cadangan devisa RI yang berguna menjadi bekal bank sentral dalam menstabilkan nilai tukar rupiah.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan penguatan menuju area level Rp15.840/US$ yang menjadi resistance terdekat sebelum break resistance selanjutnya di Rp15.810-Rp15.800/US$.
Bila level tersebut kembali tertembus, rupiah bisa semakin menguat menuju Rp15.770/US$ sampai dengan Rp15.750/US$ sebagai resistance paling potensial hingga break MA-100.
Sebaliknya, bila terjadi tekanan dan rupiah melemah, ada level support dicermati pada level Rp15.880/US$ dan Rp15.900/US$. Sedang level support terkuat juga sebagai support psikologis ada di Rp15.950/US$.
(rui)