Goldman Sachs menilai faktor-faktor yang bisa menjadi katalis bagi harga emas adalah tren penurunan suku bunga acuan, kenaikan bea masuk di AS setelah Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih, dan permintaan yang stabil dari sejumlah bank sentral.
Pekan lalu, harga emas jatuh lebih dari 4%. Analis Goldman Sachs menilai ini adalah saat yang tepat untuk membeli emas.
Sementara dalam wawancara dengan Bloomberg Television, Commodity Strategist Bank of America Francisco Blanch juga memperkirakan harga emas bisa menyentuh US$ 3.000/troy ons tahun depan. Namun dia memperingatkan ada risiko harga emas bisa jatuh ke level US$ 2.500/troy ons dalam waktu dekat.
“Harga emas sangat bergantung dengan penurunan suku bunga. Jika itu tidak terjadi, maka akan ada sedikit gejolak,” kata Blanch.
Sejumlah pejabat teras bank sentral AS Federal Reserve pun menyebut ruang penurunan suku bunga masih terbuka. Akhir pekan lalu, Gubernur The Fed Chicago Austan Goolsbee menyatakan selama inflasi konsisten mengarah ke target 2%, maka suku bunga acuan bisa banyak dipangkas dalam 12-18 bulan ke depan.
Sedangkan Gubernur The Fed Boston Susan Collins menyebut kemungkinan penurunan Federal Funds Rate pada Desember masih terbuka.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih tersangkut di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 43,64. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Adapun indikator Stochastic RSI ada di 36,19. Menghuni area jual (short).
Dalam waktu dekat, potensi kenaikan harga emas masih ada. Target resisten terdekat ada di US$ 2.615/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 10. Jika tertembus, maka MA-20 di US$ 2.681/troy ons bisa menjadi target berikutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.577/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membuat harga emas jatuh ke arah US$ 2.550/troy ons.
(aji)