Sriwijaya Air memulai penerbangan pertamanya di 20232 dengan rute Jakarta ke Pangkal Pinang, Jakarta ke Palembang, Jakarta ke Jambi, dan Jakarta ke Pontianak. Saat ini, Sriwijaya Air Group memiliki 48 pesawat Boeing dengan total 53 rute.
Sriwijaya Air juga berhasil memiliki beberapa anak perusahaan yang meliputi, NAM Air, Sekolah Penerbangan National Aviation Management, National Aircrew Management, National Aircraft Maintenance dan Negeri Aksara Mandiri.
Peran Hendry Lie
Dalam dokumen dakwaan dan persidangan, jaksa mengungkap beberapa peran pendiri Sriwijaya Air tersebut dalam korupsi pada IUP PT Timah. Hendry bersama adiknya yang juga berstatus tersangka yaitu Fandy Lingga turut aktif mengatur penambangan timah ilegal berkedok perusahaan smelter.
Keduanya juga terlibat kesepakatan dengan Harvey Moeis yang berperan untuk menyamarkan uang hasil korupsi dengan memutarnya seolah sebagai dana CSR melalui PT Quantum Skyline Exchange milik Helena Lim.
Dalam dakwaan, Hendry pun disebut menerima keuntungan dari praktek korupsi tersebut sebesar Rp1 triliun.
Sriwijaya Air dan Nam Air mengklaim tak berkaitan dengan kasus korupsi di IUP PT Timah. Kedua maskapai tetap fokus pada bisnis penerbangan dengan memberikan layanang maksimal kepada penumpang.
Kegiatan dua maskapai tersebut tak berkaitan dan tak terpengaruh dengan kasus korupsi PT Timah yang tengah ditangani kejaksaan agung. Seluruh layanan hingga operasional penerbangan tetap berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
“Pada prinsipnya kami menghargai proses hukum yang sedang berjalan, namun demikian kasus tersebut tidak ada kaitannya dengan PT. Sriwijaya Air selaku entitas bisnis yang berbeda,” kata Corporate Secretary Sriwijaya Air Group Zaidan Ramli dikutip Kamis (2/5/2024).
(red/frg)