Reli saham-saham China telah mereda dalam beberapa minggu terakhir karena kekhawatiran akan tekanan deflasi yang terus berlanjut dan ketegangan geopolitik setelah Donald Trump menang Pilpres AS.
Namun, beberapa investor tetap berharap data ekonomi China akan membaik dan memprediksi langkah-langkah stimulus lebih lanjut akan segera diambil untuk menopang ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
"Dokumen itu sendiri merupakan kelanjutan dari upaya Beijing untuk menstabilkan pasar dalam jangka pendek, dan dalam jangka menengah untuk memangkas celah dan meningkatkan efisiensi pasar," ujar Siguo Chen, manajer portofolio di RBC BlueBay Asset Management, mengacu pada pernyataan CSRC. "Saya rasa hal ini tidak akan berdampak langsung, selain pada sentimen."
Pengumuman regulator sekuritas ini adalah upaya serupa yang dilakukan rekan-rekan regionalnya, seperti Jepang dan Korea Selatan (Korsel). Upaya Jepang untuk meningkatkan nilai perusahaan telah mendorong tolok ukur ekuitasnya ke level tertinggi dalam beberapa dekade.
Korsel juga baru-baru ini meluncurkan Value-Up Index, yang merupakan papan utama dari dorongan pemerintah untuk tata kelola perusahaan yang lebih baik dan meningkatkan imbal hasil pemegang saham.
(bbn)