Target investasi hilirisasi senilai Rp9,79 kuadriliun tersebut bahkan diharapkan dapat tercapai sekitar 50% dalam 5 tahun ke depan. Adapun, secara kumulatif, target investasi pada era pemerintahan Presiden Prabowo pada 2025—2029 mencapai Rp13.528 triliun.
“Saat ini, kontribusi [investasi hilirisasi terhadap] realisasi investasi baru 20%—22% dari Rp272,91 triliun. Itu dari [hilirisasi sektor] mineral, pertanian, kehutanan, migas, dan ekosistem EV [electric vehicle/kendaraan listrik,” terangnya.
Dari kelima sektor tersebut, menurut Edy, kontribusi investasi ekosistem EV masih yang paling kecil dan diharapkan dapat dipacu pada tahun-tahun mendatang.
Meski pemerintah berupaya memperluas sektor investasi hilirisasi, dia tidak menampik industri pertambangan atau logam dasar, transportasi, pergudangan, dan perumahan masih menjadi primadona.
“Catatan yang perlu digarisbawahi, horeka [hotel, restoran, dan katering] sejak 2020 tidak pernah lagi masuk Top 10, padahal potensinya cukup besar. Walau nilainya tidak terlalu besar, tetapi ada potensi yang bisa kita dorong,” lanjutnya.
Andalkan Smelter
Dari segi proyek, Edy memaparkan BKPM telah memetakan beberapa bidang yang akan diandalakn untuk menarik investasi hilirisasi. Salah satu yang masih menjadi tulang punggung adalah industri pengolahan mineral logam alias smelter.
“Kami di Kementerian Investasi, ada beberapa proyek yang masuk dalam list kami, mulai dari smelter, industri hijau, pertanian, ekosistem hijau. Ini saya kira merupakan satu potensi yang kita harapkan terwujud,” kata Edy.
Lebih lanjut, dia menambahkan dengan akselerasi investasi hilirisasi tersebut, target pertumbuhan ekonomi anual RI di level 8% bisa dicapai pada 2027.
“Memang kita tahu mesin pertumbuhan ekonomi itu ada di konsumsi, belanja, ekspor impor. Investasi kontribusinya 15%. Kita simulasikan sangat mungkin [investasi] menjadi mesin pertumbuhan 8%. Itu jika angka-angka bisa kita capai sesuai dengan target pada tahun-tahun tersebut,” ujarnya.
Pemerintah sebelumnya menyampaikan realisasi investasi untuk hiliarisasi pada sembilan bulan pertama 2024 mencapai Rp272,91 triliun.
Menteri Investasi Indonesia Rosan Perkasa Roeslani memaparkan lima sektor utama yang menjadi tujuan investasi hilirisasi terbesar. Pertama, mineral dalam bidang pengolahan (smelter) dengan total nilai investasi Rp170,78 triliun.
Adapun, investasi untuk smelter nikel menjadi yang paling besar dengan realisasi Rp113,77 triliun, disusul smelter tembaga Rp45,72 triliun, smelter bauksit Rp10,79 triliun, dan smelter timah Rp0,5 triliun.
Kedua, kehutanan, khususnya hilirisasi pulp and paper yang nilainya mencapai Rp33,72 triliun. Ketiga, pertanian melalui industri minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan oleokimia senilai Rp44,09 triliun.
Keempat, minyak dan gas bumi (migas) melalui pembangunan pabrik petrokimia yang nilainya mencapai Rp17,46 tirliun. Kelima, ekosistem kendaraan listrik yang nilainya mencapai Rp6,86 triliun.
(wdh)
