Industri Tambang Australia Merana, Tak Siap Hadapi Nikel Murah RI
Redaksi
18 November 2024 11:20
Bloomberg Technoz, Jakarta – Pimpinan BHP Group Australia memperingatkan bahwa Negeri Kanguru tidak lagi dapat bergantung pada pasar ekspor pertambangan tradisionalnya lantaran tidak siap menghadapi era baru persaingan produksi komoditas tambang berbiaya rendah.
“Lonjakan permintaan dari industrialisasi China kini melewati periode pertumbuhan agresif," kata Presiden BHP Australia Geraldine Slattery dalam pidatonya di Brisbane, Senin (18/11/2024), dikutip Bloomberg.
BHP, korporasi tambang terbesar di dunia, dan pesaingnya Rio Tinto Group baru-baru ini mengakui bahwa permintaan baja China sedang melandai.
Di sisi lain, komoditas lain seperti nikel—yang merupakan mineral logam kunci transisi energi karena penggunaannya dalam kendaraan listrik — sedang diburu oleh negara-negara yang "sering kali berada pada posisi yang lebih baik daripada Australia," kata Slattery, mengacu pada biaya dan rezim royalti.
Harga nikel bergerak di rentang setengah dari levelnya tertingginya pada akhir 2022, berkat membanjirnya pasokan global dari Indonesia; tempat perusahaan-perusahaan China telah berinvestasi besar-besaran dalam fasilitas pemrosesan alias smelter.