Logo Bloomberg Technoz

Namun, pabrik-pabrik baja di China hampir tidak memangkas produksi untuk mengimbangi kenyataan itu. Hasilnya adalah volume ekspor baja China yang mendekati rekor. Lebih dari 11 juta ton dikirim bulan lalu, tertinggi dalam sembilan tahun.

Investor khawatir bahwa terpilihnya kembali Trump akan memicu babak baru perang dagang AS-China. Meskipun China tidak menjual banyak logam paduan tersebut langsung ke AS, proteksionisme dapat memengaruhi pasar baja dunia dan mencekik perdagangan global.

Analis di ANZ Group Holdings Ltd memperkirakan pabrik-pabrik China mungkin mencoba dan 'mendahului' setiap kenaikan tarif dengan meningkatkan ekspor lebih jauh selama beberapa bulan ke depan, menurut catatan dari bank tersebut pekan lalu.

Berikut adalah lima grafik yang menggambarkan bagaimana ekspor China dapat melaju cepat menuju titik kritis.

Pelajaran Sejarah

Baja China memiliki sejarah memicu ketegangan perdagangan dunia. Negara-negara pengimpor telah membuka 25 penyelidikan antidumping sejauh tahun ini, yang merupakan yang terbanyak sejak 2016, menurut Kementerian Perdagangan China. Jika periode itu menjadi acuan, perkirakan penjualan akan turun tajam.

CVD yang dihadapi China berbanding lurus dengan kenaikan ekspor baja negara tersebut./dok.Bloomberg

“Ekspor baja China mungkin mulai menurun pada akhir 2026 karena makin banyak mitra dagang yang akan meningkatkan kontrol ekspor antidumping dan total produksi baja menurun,” kata analis Bloomberg Intelligence, Michelle Leung.

Negara-Negara Berkembang

China sebagian besar mengekspor bajanya ke negara-negara berkembang terdekat yang masih perlu membangun infrastruktur dalam skala besar.

Negara-negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Timur Tengah mengalami peningkatan impor terbesar tahun ini dan banyak di antaranya merupakan mitra dalam inisiatif Sabuk dan Jalan Beijing.

Baja China membanjiri pasar negara-negara berkembang./dok. Bloomberg

Namun, negara-negara tersebut pun kewalahan dan sebagai gantinya meningkatkan hambatan perdagangan. Hal itu menjadi masalah bagi para pembuat baja China karena hal itu menunjukkan betapa jenuhnya pasar-pasar tersebut.

Kondisi itu akan makin merugikan pabrik baja China jika mereka terpaksa mengirim ke tempat yang lebih jauh.

'Ledakan' Vietnam

Pasar luar negeri terbesar China adalah contohnya. "Ketika eksportir baja gulungan panas China melihat ke dunia, mereka tidak terlalu khawatir tentang Trump, mereka khawatir tentang Vietnam," kata Tomas Gutierrez, seorang analis di Kallanish Commodities Ltd.

Kenaikan ekspor baja China mengancam negara-negara tetangganya./dok. Bloomberg

Negara ini adalah salah satu negara yang telah menarik diri setelah dibanjiri baja China. Namun, para pedagang di Vietnam juga telah menanggapinya dengan meningkatkan ekspor baja untuk membersihkan logam yang terkumpul di sana, memperburuk kelebihan pasokan global dalam versi pasar baja yang kacau balau.

Ancaman bagi Negara Tetangga

Negara tetangga China lainnya juga tidak senang dengan jorjoran ekspor baja Negeri Panda. Ekspor dari Jepang dan Korea Selatan telah mendatar dalam menghadapi persaingan China, sementara pasar domestik mereka juga terancam oleh masuknya baja.

Jepang ingin memperluas langkah antidumpingnya untuk membasmi baja China yang disalurkan melalui negara ketiga, sementara Korea Selatan telah meluncurkan penyelidikan terhadap impor pelat baja tahan karat karena menerima keluhan tentang produk buatan China yang dijual di bawah harga pasar.

“Lonjakan baja China yang terjangkau telah menciptakan tantangan bagi produsen di Jepang dan Korea Selatan, yang mengakibatkan berkurangnya pangsa pasar dan margin keuntungan,” kata Martina Reber, seorang manajer penelitian di Pala Investments Ltd.

Volume Melebihi Nilai

Di sisi lain, ekspor sangat penting dalam menjaga pabrik-pabrik China tetap bertahan karena tidak ada cukup permintaan di dalam negeri untuk mempertahankan produksi 1 miliar ton per tahun.

Sekarang, baja China yang murah menyeret seluruh pasar dunia. Para pesaing dari raksasa baja Eropa ArcelorMittal SA hingga Nippon Steel Corp Jepang telah menyerukan tindakan yang lebih keras untuk membendung banjir tersebut.

Tujuan ekspor baja murah China./dok. Bloomberg

Menurut Pala’s Reber, produk baja China biasanya 10% hingga 20% lebih murah daripada produk dari produsen besar lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan.

Namun, ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan di beberapa negara tujuan seperti India dan Filipina, di mana nilai ekspor China justru turun meskipun tonase meningkat.

Secara lebih luas, strategi volume di atas nilai akan menjadi masalah bagi pabrik-pabrik China jika ekspor tidak dapat mengimbangi laju tersebut.

(bbn)

No more pages