Juru bicara Kementerian Pertahanan dan Kantor Kepresidenan Korea Selatan tidak menanggapi permintaan komentar.
Keputusan Kim untuk mengirim pasukan Korea Utara untuk bergabung dengan perang Rusia melawan Ukraina telah mengkhawatirkan sekutu-sekutu Kyiv, yang telah memperingatkan bahwa hal ini berisiko memperburuk konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Mereka percaya bahwa kerja sama yang lebih dalam antara Putin dan Kim juga dapat berdampak pada keseimbangan keamanan di wilayah Indo-Pasifik, di mana terdapat persaingan yang meningkat antara Cina dan AS.
Isu ini akan diangkat oleh beberapa sekutu pada KTT G-20 di Brasil minggu ini termasuk oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz ketika bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Scholz mengatakan kepada Putin dalam sebuah panggilan telepon yang jarang terjadi bahwa pengerahan pasukan Korea Utara merupakan “eskalasi besar” dari perang melawan Ukraina, Jumat lalu.
Scholz juga berencana menekan pemimpin Cina pada pertemuan mereka di Rio, Esok Selasa. Menurut beberapa pejabat Jerman, Scholz akan menggunakan pengaruhnya terhadap Rusia dan Korea Utara untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang.
Beberapa pejabat lain juga menyampaikan kekhawatiran terhadap perang Rusia dan Ukraina juga disampaikan para sekutu pada pertemuan APEC di Lima, Peru, pekan lalu.
Xi sendiri telah menjadi pendonor terbesar bagi Putin dan Kim dalam beberapa tahun terakhir, dan melihat kedua pemimpin tersebut sebagai mitra dalam melawan tatanan dunia yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Namun, pemerintahnya tetap bungkam di depan umum tentang pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia - sebuah tanda bahwa presiden Cina mungkin tidak senang dengan pengaturan tersebut.
Kemitraan Kim-Putin berisiko menambah tekanan ekonomi terhadap Cina, sama seperti Xi bersiap-siap menghadapi potensi gangguan dari tarif yang diancam oleh Presiden terpilih AS Donald Trump yang kembali ke Gedung Putih. Hal ini juga meruntuhkan argumen Beijing bahwa AS seharusnya tidak memiliki aliansi militer di wilayah Indo-Pasifik.
China tidak “membiarkan konflik dan kekacauan terjadi di Semenanjung Korea” dan tidak akan “berdiam diri ketika keamanan strategis dan kepentingan intinya terancam,” kata Xi kepada Presiden AS Joe Biden dalam pembicaraan hari Sabtu di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik di Lima.
Korea Utara sejauh ini telah mengirimkan lebih dari 10.000 tentara untuk bertempur bersama tentara Putin di wilayah Kursk, Rusia, di mana pasukan Ukraina telah menduduki sebagian wilayah perbatasan sejak serangan mendadak pada bulan Agustus. Sebagai imbalannya, Rusia menyediakan dana dan membantu Korea Utara meningkatkan kemampuannya.
Korea Selatan mengatakan bahwa ada “kemungkinan besar” bahwa Korea Utara akan meminta transfer teknologi mutakhir dari Rusia - termasuk teknologi yang berkaitan dengan senjata nuklir taktis, rudal balistik antarbenua, satelit pengintai, dan kapal selam rudal balistik.
Selain tentara, Korea Utara juga telah mengirimkan jutaan amunisi artileri dan senjata lainnya ke Rusia. Financial Times melaporkan minggu ini, mengutip intelijen Ukraina, bahwa Pyongyang telah memasok Moskow dengan sistem roket dan artileri jarak jauh.
Ukraina telah meminta sekutu-sekutunya selama berbulan-bulan untuk mengizinkan mereka menggunakan senjata jarak jauh yang disediakan Barat untuk menyerang target-target militer jauh di dalam wilayah Rusia sebagai cara untuk membalas serangan Moskow, termasuk terhadap infrastruktur energi di negara tersebut.
(bbn)