Michael Saylor, co-founder dan chairman, memutuskan untuk berinvestasi dalam Bitcoin pada tahun 2020 sebagai lindung nilai terhadap inflasi sementara pertumbuhan pendapatan MicroStrategy terhenti.
MicroStrategy awalnya menggunakan uang tunai dari operasi untuk melakukan pembelian, dan telah beralih menggunakan hasil dari penerbitan dan penjualan saham, serta penjualan utang konversi, untuk meningkatkan daya belinya.
Perusahaan telah menjadi pemegang mata uang digital terbesar yang diperdagangkan secara publik.
Walau strategi ini mengundang keraguan dari para pengamat tata kelola perusahaan tradisional, strategi ini telah diadopsi oleh para investor sebagai cara paling menguntungkan untuk berpartisipasi dalam reli Bitcoin tanpa harus berurusan dengan dompet digital atau bursa kripto.
Saham perusahaan telah melonjak lebih dari 2.500% karena nilai Bitcoin telah melonjak sekitar 700% sejak pertengahan 2020.
MicroStrategy kini menjadi saham di AS dengan kinerja terbaik selama periode tersebut. Bitcoin mencapai rekor hampir US$93.500 pada hari Rabu pekan ini.
“Neraca keuangan MicroStrategy bergantung pada harga Bitcoin,” kata Dave Zion, founder Zion Research Group, sebuah perusahaan yang berbasis di Chadds Ford, Pennsylvania, yang berfokus pada masalah akuntansi dan pajak.
“MicroStrategy tidak memegang kendali atas harga Bitcoin, jadi mereka hanya akan mengikuti gelombang itu, dan bisa naik atau turun.”
Sebagian besar pihak treasury perusahaan menggunakan aset keuangan untuk mendukung bisnis atau menghasilkan keuntungan, termasuk untuk membayar dividen atau mendanai pembelian kembali saham. Saylor berpendapat bahwa para pemegang saham mendapatkan keuntungan dari strategi beli dan tahan meskipun perusahaan tidak membayar dividen.
MicroStrategy telah merancang indikator kinerjanya sendiri yang disebut imbal hasil Bitcoin, yang mengukur perubahan rasio antara kepemilikan Bitcoin dan saham dilusi—yang diasumsikan beredar dari satu periode ke periode berikutnya. Imbal hasil tahun ke tahun adalah 26,4%.
“Karena kami memiliki volatilitas, banyak hal yang kami lakukan sebenarnya adalah menjual volatilitas, mendaur ulang hasil volatilitas tersebut kembali ke dalam Bitcoin, dan kemudian mengirimkannya kepada para pemegang saham kami dalam bentuk 'BTC Yield',” ujar Saylor dalam sebuah panggilan telepon dengan para analis pada bulan Oktober.
Michael Saylor telah menggandakan strategi ini, dengan mengatakan bahwa perusahaan bertujuan untuk mengumpulkan US$42 miliar selama tiga tahun ke depan. Total kepemilikan Bitcoin perusahaan diperoleh dengan harga pembelian agregat sekitar US$11,9 miliar-kurang dari setengah nilai saat ini.
Menurut Mark Palmer, analis di Benchmark Co yang memiliki peringkat “beli” untuk saham MicroStrategy, strategi akrual dan kepemilikan ini tidak memiliki tujuan akhir.
“Mengingat cara Bitcoin bergerak pada tahun 2024 khususnya, tidak ada alasan mengapa perusahaan akan beralih dari pendekatan itu,” katanya.
Analis TD Cowen, Lance Vitanza, ikut melihat pasar menerima pendekatan MicroStrategy karena perusahaan terus dapat memasuki pasar modal cukup besar, tulisnya dalam sebuah catatan kepada klien pada hari Senin.
“Apa yang dimulai sebagai strategi defensif untuk melindungi nilai aset cadangannya telah menjadi strategi oportunistik yang dimaksudkan untuk mempercepat penciptaan nilai pemegang saham,” kata Vitanza, yang juga memiliki peringkat ‘beli’ untuk saham tersebut. “Penciptaan nilai yang berulang ini layak untuk dikapitalisasi.”
(bbn)