Logo Bloomberg Technoz

Kasus Kematian DBD di RI Kebanyakan Adalah Anak-anak

Dinda Decembria
16 November 2024 09:00

Petugas kesehatan melakukan perawatan pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Tamansari, Jumat (26/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto).
Petugas kesehatan melakukan perawatan pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Tamansari, Jumat (26/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto).

Bloomberg Technoz, Jakarta - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, (Kemenkes) kurun 7 tahun terakhir, kasus kematian demam berdarah dengue (DBD) pada usia kelompok anak-anak yakni 5-14 tahun sekitar 53%.

Sedangkan kasus pasien demam berdarah dengue (DBD) dalam kurun 3 tahun terakhir paling banyak pada usia remaja kelompok produktif 15-44 sekitar 43%.

"Namun, kalau kita melihat dari kematiannya, kematian tertinggi justru di anak-anak. Jadi, apa namanya, paling banyak kematian adalah kasus pada anak-anak. Dan ini, hampir setiap tahun trend-nya sama," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ina Agustina Isturini, dalam konferensi pers daring Kementerian Kesehatan.

Di sisi lain ketika disinggung mengapa begitu banyak pasien anak-anak dan remaja dalam kasus DBD? Menurut Ina hal tersebut dikarenakan kondisi daya tahan tubuh anak-anak lebih lemah daripada seseorang yang sudah dewasa. Selain itu anak-anak termasuk kelompok paling rentan terkena DBD.

"Kemudian ada juga beberapa kasus ini mungkin terlambat ya, terlambat di deteksi, terlambat  di diagnosa, sehingga terlambat mendapatkan pertolongan. Jadi mungkin dianggapnya demam biasa gitu ya," kata Ina.