Logo Bloomberg Technoz

Bunga SRBI Naik Lagi, Bank Dihantui Keketatan Likuiditas

Ruisa Khoiriyah
15 November 2024 15:10

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Mei 2024 di Jakarta, Rabu (22/5/2024). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tekanan yang melanda pasar keuangan RI hingga menyeret nilai rupiah nyaris menjebol level psikologis di Rp16.000/US$, mendorong Bank Indonesia mengerek lagi suku bunga diskonto Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), ke level tertinggi sejak pertengahan September.

Arus keluar modal asing yang terindikasi membesar terutama di pasar saham sejak pekan lalu, disusul tekanan di pasar surat utang, akibat sentimen eksternal yang melejitkan lagi indeks dolar Amerika Serikat (AS), membuat BI kian mengoptimalkan SRBI sebagai alat menahan capital outflows, melalui pengerekan tingkat bunganya.

Pemakaian SRBI sebagai instrumen operasi moneter demi menahan tekanan pada nilai tukar selama setahun terakhir ini, mungkin memang telah membantu rupiah agar tidak merosot semakin dalam.

Hanya saja, tingkat bunga SRBI yang kembali naik mungkin menjadi kabar kurang mengenakkan bagi perbankan yang sejauh ini telah mengeluhkan keketatan likuiditas dan mahalnya biaya dana, akibat masih tingginya bunga SRBI -sebagai proksi BI rate- bahkan ketika bunga acuan sudah sempat dipangkas pada September lalu ke level 6%.

IHSG terseret pelemahan tajam dalam beberapa hari terakhir, tertekan arus jual pemodal asing (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Di sisi lain, penggunaan SRBI demi memancing arus modal asing jangka pendek (hot money) untuk masuk, juga telah berkontribusi besar bagi lonjakan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia dalam beberapa kuartal terakhir.