Logo Bloomberg Technoz

Malaysia tengah berupaya menaikkan upah minimum dan memposisikan negaranya sebagai tempat berlindung yang netral bagi investor global karena Donald Trump yang akan menjabat sebagai presiden Amerika Serikat (AS) akan menaikkan tarif terhadap China.

Meskipun hasil pemilihan umum AS akan menimbulkan gejolak di pasar keuangan dalam waktu dekat, ekonomi Malaysia yang tangguh akan mampu menahan tekanan, kata Gubernur BNM Abdul Rasheed Ghaffour dalam konferensi pers, Jumat (15/11/2024).

"Yang penting untuk dicatat adalah bahwa kita memasuki periode ini dari posisi yang kuat," katanya. "Pertumbuhan kita sebagian besar berasal dari permintaan domestik dan Malaysia memiliki ekonomi dan mitra dagang yang sangat beragam."

Ringgit mengalami kenaikan 0,2% dari Jumat sebelumnya hingga pukul 12:30 siang di Kuala Lumpur.

Bank sentral mengatakan pihaknya melonggarkan kebijakan devisanya bagi lembaga keuangan internasional guna mendukung investasi di Malaysia, mengingat ada minat yang lebih besar dari mereka untuk membiayai proyek-proyek domestik.

Bank pembangunan multilateral dan perusahaan keuangan pembangunan asing sekarang bisa menerbitkan surat utang berdenominasi ringgit untuk pendanaan di Malaysia dan menyediakan pembiayaan ringgit untuk perusahaan-perusahaan lokal, kata BNM.

Hal ini akan memacu pasar obligasi dan surat berharga syariah domestik, dengan meningkatnya partisipasi dari para investor internasional, tambah BNM. Investasi swasta melonjak 15,5% pada kuartal ketiga, sementara belanja pemerintah dan perusahaan publik naik 14,4%.

Bank sentral menegaskan revisi perkiraan pertumbuhan Kementerian Keuangan untuk tahun 2024 dan 2025. Belanja domestik akan tetap menjadi faktor utama bagi perekonomian, yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan, kata bank sentral.

Investasi dan peningkatan ekspor yang berkelanjutan, di tengah pertumbuhan impor yang lebih cepat, juga akan mendorong ekspansi.

"Kami melihat risiko kenaikan yang moderat pada perkiraan pertumbuhan PDB tahun 2024 sebesar 5%," kata Lavanya Venkateswaran, ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura. "Perekonomian akan memasuki tahun 2025 dengan pijakan yang kuat."

Selisih suku bunga Malaysia yang menyempit dengan AS dan domestik kemungkinan akan terus menopang ringgit, kata bank sentral. Ringgit telah menguat 2,6% terhadap dolar tahun ini, melampaui semua mata uang negara berkembang lainnya.

BNM mengatakan akan melanjutkan langkah-langkah terkoordinasi dengan pemerintah untuk mendukung ringgit, yang mungkin rentan terhadap tekanan dari ketegangan geopolitik dan ketidakpastian kebijakan setelah Pemilu AS. Penurunan suku bunga AS yang lebih bertahap juga merupakan risiko bagi mata uang tersebut, kata bank sentral.

Para pembuat kebijakan Malaysia tahun ini telah mendorong perusahaan-perusahaan yang terkait dengan negara, dana-dana, serta perusahaan-perusahaan di sektor swasta untuk memulangkan pendapatan mereka di luar negeri guna membantu menopang mata uang tersebut.

Inflasi pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai rata-rata 2% hingga 3,5%, dan memperhitungkan reformasi subsidi yang direncanakan pemerintah.

(bbn)

No more pages