Posisi ketiga, dialami Indonesia dengan Filipina dengan nominal surplus sebesar US$797,4 juta yang dipengaruhi oleh beberapa komoditas utama, yakni kendaraan dan bagiannya, bahan bakar mineral, serta berbagai makanan olahan.
“Sementara itu Indonesia defisit perdagangan dengan beberapa negara, 3 terbesar yaitu; satu Tiongkok defisit US$0,77 miliar, Brazil nilai defisit US$0,39 miliar, dan Thailand defisit US$0,34 miliar,” tutur Amalia.
Defisit perdagangan terbesar kedua yang dialami dengan Brazil tercatat sebesar US$387,9 juta yang dipengaruhi oleh komoditas gula dan kembang gula, ampas industri makanan, serta kapas.
Sementara defisit perdagangan terdalam terbesar ketiga dialami dengan Thailand yakni senilai US$336,8 miliar. Hal tersebut didorong oleh tiga komoditas utama, yakni mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya, kendaraan dan bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik.
Sebagai informasi, BPS melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia tercatat mengalami surplus US$2,48 miliar pada Oktober 2024. Angka ini merosot US$760 juta dibanding September 2024 atau secara bulanan (month-to-month/mtm).
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 54 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Meski surplus terjadi selama lebih dari 4 tahun, tetapi ini bukan rekor terpanjang. Surplus terpanjang pernah terjadi 152 bulan berturut-turut pada Juni 1995-April 2008.
"Kendati beruntun, tapi surplus neraca perdagangan Oktober 2024 lebih rendah dibanding bulan sebelumnya dan dibandingkan bulan yang sama tahun lalu," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Jumat (15/11/2024).
(lav)