Logo Bloomberg Technoz

Kinerja impor yang melaju lebih kencang ketimbang ekspor, membawa nilai surplus neraca dagang RI pada Oktober turun ke level terendah sejak Juli menjadi sebesar US$2,47 miliar. Angka itu lebih rendah dibanding bulan sebelumnya di mana nilai surplus masih sebesar US$3,25 miliar. Sementara pasar memprediksi akan ada surplus sebesar US$3,08 miliar pada Oktober.

Nilai surplus neraca dagang yang lebih rendah sejatinya menjadi sentimen yang negatif bagi rupiah karena itu berarti sokongan fundamental rupiah juga cenderung lemah.

Secara teknikal nilai rupiah sudah berada di area pelemahan Rp15.900-Rp15.950/US$. Kini rupiah tinggal sejengkal menjebol support terkuat ada di Rp16.000/US$.

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance potensial di level Rp15.840/US$. Target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ada di level Rp15.800/US$.

Selama rupiah bertengger di atas Rp15.950/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah berpotensi melemah ke Rp16.010/US$.

Sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga Rp15.800/US$, secara teknikal rupiah berpotensi menguat hingga Rp15.770/US$ sampai dengan Rp15.700/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 15 November 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Tekanan eksternal telah menyeret pelemahan pasar keuangan domestik. Pada Jumat pagi, IHSG kembali dibuka lemah setelah sejak 6 November lalu, asing terus melepas posisi di saham-saham rupiah.

Sementara di pasar surat utang, pergerakan yield surat utang bervariasi. Tenor pendek cenderung naik harganya, kemungkinan banyak diburu karena mulai muncul ekspektasi penurunan bunga acuan, BI rate, pekan depan. Yield SBN-2Y kini di 6,56%. 

Begitu juga tenor SBN-5Y juga turun imbal hasilnya di 6,72%. Sementara imbal hasil INDOGB-10Y turun tipis di 6,94%.

(rui)

No more pages