Selain itu, Tri mengatakan saat ini sudah banyak penemuan cadangan bijih nikel baru yang juga berpotensi memiliki kadar rendah, sehingga bisa digunakan untuk bahan baku baterai EV.
“Jadi tidak ada masalah dan lagi sekarang sebetulnya banyak penemuan-penemuan cadangan baru yang mungkin juga kadarnya untuk limonit itu,” ujarnya.
Sekadar catatan, Indonesia sendiri setidaknya memiliki rencana proyek smelter HPAL baru, yakni melalui PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan GEM Co Ltd.
Proyek smelter HPAL ini berlokasi di Sulawesi Tengah dan bertujuan untuk menjadi pabrik pengolahan nikel dengan produksi setidaknya 60.000 ton nikel dalam bentuk MHP setiap tahun, yang merupakan komponen penting untuk baterai sistem penyimpanan energi atau energy storage system (ESS).
Menyitir laporan Global EV Outlook 2024 dari International Energy Agency (IEA), pertumbuhan permintaan baterai berkontribusi pada peningkatan total permintaan nikel, yang mencakup lebih dari 10% dari total permintaan nikel.
Permintaan baterai untuk nikel mencapai hampir 370 kt pada 2023, naik hampir 30% dibandingkan dengan 2022.
Adapun, kapasitas produksi baterai EV berbasis nikel di Indonesia pada 2024 diperkirakan hanya mencapai 10 gigawatt-hour (GWh) atau tak sampai 0,4% dari total kapasitas global sebanyak 2.800 GWh.
Menurut riset Energy Shift Institute pada Februari, kapasitas produksi baterai di Indonesia yang tertinggal jauh dari rerata global itu berbanding terbalik dari produksi nikel yang justru melonjak lebih dari delapan kali lipat sejak 2015.
Nilai Tambah
Hilirisasi nikel Indonesia, padahal, digadang-gadang pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah nikel dan menjadi pemain kunci dalam industri baterai dan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai [KBLBB] atau EV dunia.
“Namun, ketika Indonesia perlahan merangkak naik dalam rantai pasok industri baterai dan KBLBB, perlombaan di antara negara-negara lain sudah berjalan kencang,” papar riset tersebut.
Hal itu tecermin dari melesatnya pertumbuhan kapasitas produksi baterai dunia yang jauh lebih cepat dari permintaan. Pada semester I-2023, pabrik baterai di China secara rerata beroperasi kurang dari 45% kapasitas produksinya.
Seiring dengan terus dibangunnya kapasitas di China, ditambah dengan dorongan agresif dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) untuk mengembangkan industri mereka, persaingan untuk investasi pun makin ketat—meski dalam pasar yang terus tumbuh.
“Sejauh ini, nilai tambah berbagai produk nikel Indonesia berkisar antara dua hingga 11 kali lipat dibandingkan dengan produk mentahnya. Namun, nilai ini masih jauh di bawah nilai tambah yang lebih dari 60 kali lipat jika mencapai produksi baterai,” kata Energy Shift.
Selaras dengan hal itu, Energy Shift memperkirakan permintaan nikel dunia untuk baterai sangat mungkin terus melambung seiring dengan laju adopsi EV,meskipun hadir teknologi alternatif.
“Berdasarkan perkembangan yang ada, produsen baterai lebih condong menempatkan investasi pabrik mereka mengikuti perkembangan pasar KBLBB, tetapi adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih cukup lamban.”
Sementara itu, data Kementerian ESDM mencatat Indonesia memiliki total cadangan bijih nikel mencapai 5,32 miliar ton dan cadangan logam nikel 56,11 juta ton per 2024, di mana Maluku Utara menjadi provinsi dengan jumlah cadangan yang paling banyak.
Tri memberikan perincian cadangan bijih nikel mencapai 5,32 miliar ton ini terdiri dari 60% saprolit dan 40% limonit.
Saprolit merupakan nikel kadar tinggi dan banyak diolah melalui sistem rotary kiln electric furnace (RKEF). Nikel ini menghasilkan produk berupa nickel pig iron (NPI), feronikel (FeNi), atau nickel matte untuk bahan baku baja nirkarat alias stainless steel.
Peta Sumber Daya, Cadangan dan Izin Usaha Pertambangan Nikel RI:
Aceh
- Sumber daya bijih: 8,29 juta ton
- Sumber daya logam: 59.738 ton
- Cadangan bijih: -
- Cadangan logam: -
- Jumlah izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi: -
Kalimantan Tengah
- Sumber daya bijih: 21,73 juta ton
- Sumber daya logam: 275.327 ton
- Cadangan bijih: 9,78 juta ton
- Cadangan logam: 117.075 ton
- Jumlah IUP operasi produksi: -
Kalimantan Selatan
- Sumber daya bijih: 70,43 juta ton
- Sumber daya logam: 518.190 ton
- Cadangan bijih: 121,65 juta ton
- Cadangan logam: 760.179 ton
- Jumlah IUP operasi produksi: -
Kalimantan Timur
- Sumber daya bijih: 1,2 juta ton
- Sumber daya logam: 11.784 ton
- Cadangan bijih: -
- Cadangan logam: -
- Jumlah IUP operasi produksi: -
Sulawesi Selatan
- Sumber daya bijih: 692,87 juta ton
- Sumber daya logam: 6,18 juta ton
- Cadangan bijih: 602,95 juta ton
- Cadangan logam: 5,27 juta ton
- Jumlah IUP operasi produksi: 10
Sulawesi Tenggara
- Sumber daya bijih: 6,26 miliar ton
- Sumber daya logam: 64,7 juta ton
- Cadangan bijih: 1,68 miliar ton
- Cadangan logam: 18,16 juta ton
- Jumlah IUP operasi produksi: 175
- Jumlah izin usaha pertambangan khusus (IUPK) eksplorasi: 1
Papua
- Sumber daya bijih: 358,24 juta ton
- Sumber daya logam: 3,34 juta ton
- Cadangan bijih: -
- Cadangan logam: -
- Jumlah IUP operasi produksi: -
- Jumlah kontrak karya (KK) eksplorasi: 1
Papua Barat
- Sumber daya bijih: 479,66 juta ton
- Sumber daya logam: 4,93 juta ton
- Cadangan bijih: 80,87 juta ton
- Cadangan logam: 952.733 ton
- Jumlah KK dan IUP operasi produksi: 2
Maluku
- Sumber daya bijih: 1,89 miliar ton
- Sumber daya logam: -
- Cadangan bijih: 147,81 juta ton
- Cadangan logam: 2,68 juta ton
- Jumlah IUP operasi produksi: 1
Maluku Utara
- Sumber daya bijih: 5,71 miliar ton
- Sumber daya logam: 72,03 juta ton
- Cadangan bijih: 1,86 miliar ton
- Cadangan logam: 19,09 juta ton
- Jumlah KK dan IUP operasi produksi: 54
Sulawesi Tengah
- Sumber daya bijih: 3,04 miliar ton
- Sumber daya logam: 32,54 juta ton
- Cadangan bijih: 805,22 juta ton
- Cadangan logam: 9,07 juta ton
Jumlah KK dan IUP operasi produksi: 123+2 (bertampalan dengan Sulawesi Tenggara)
(wdh)