Enam tentara Israel tewas dalam serangan jebakan oleh Hizbullah pada Rabu (13/11/2024) dan Kamis (14/11/2024), menurut IDF, yang membawa total korban jiwa Israel selama invasi ini menjadi 42. IDF menolak memberikan lokasi terbaru dari korban tewas tersebut.
Israel mengirimkan tank dan pasukan ke selatan Lebanon pada 1 Oktober lalu, dengan tujuan untuk melemahkan kelompok itu setelah setahun serangan lintas perbatasan dan memungkinkan puluhan ribu penduduk Israel utara kembali ke rumah mereka. Serangan darat ini memperkuat serangan udara di Beirut dan tempat lain yang telah menewaskan sejumlah anggota senior Hizbullah, termasuk mantan pemimpin Hassan Nasrallah.
Sekitar 2.755 orang di Lebanon telah tewas dalam konflik ini sejak pertengahan September, menurut Kementerian Kesehatan negara itu, sementara 1,2 juta orang telah mengungsi. IDF mengatakan telah menewaskan 2.250 pejuang Hizbullah selama operasi di selatan Lebanon — periode ketika kelompok ini menghentikan publikasi jumlah korban mereka.
Israel sebelumnya menunjukkan keterbukaan terhadap gencatan senjata dengan Hizbullah yang dapat mengarah pada kesepakatan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 2006 yang menyerukan agar kelompok tersebut dijauhkan dari perbatasan dan dibekukan persenjataannya. Namun, Menteri Pertahanan Israel yang baru, Israel Katz, mengatakan pada Rabu bahwa tujuan militer negaranya tetap menjadi prioritas utama.
“Kami tidak akan masuk ke dalam gencatan senjata, mengurangi intensitas serangan, atau mengizinkan kesepakatan yang tidak mencakup pencapaian tujuan perang ini,” kata Katz.
Israel mengatakan pada Senin bahwa upaya gencatan senjata telah membuat “kemajuan tertentu,” meskipun Lebanon memperingatkan bahwa mereka belum menerima proposal konkret dari mediator AS. Israel bersikeras membutuhkan hak untuk melanjutkan operasi militer melawan Hizbullah jika terjadi pelanggaran kesepakatan gencatan senjata — permintaan yang kemungkinan akan ditolak oleh Beirut.
Hizbullah meluncurkan serangan roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas setelah dimulainya perang di Gaza pada Oktober tahun lalu. Kelompok ini menyatakan bahwa setiap gencatan senjata akan bergantung pada kesepakatan gencatan senjata di wilayah Palestina, yang kini semakin sulit tercapai.
Yoni Chetboun, mantan wakil ketua Knesset dan kolonel cadangan, mengatakan bahwa militer Israel memperluas operasi darat di Lebanon untuk mendapatkan keuntungan diplomatik dan melemahkan kemampuan Hizbullah dalam menyerang komunitas perbatasan Israel.
“Kami harus menyelesaikan tahap ini agar warga kami dapat kembali ke utara,” katanya. “Ini seharusnya hanya memerlukan beberapa minggu.”
(bbn)