Logo Bloomberg Technoz

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance potensial di level Rp15.840/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.800/US$.

Selama rupiah bertengger di atas Rp15.950/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah berpotensi melemah ke Rp16.010/US$.

Sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga Rp15.800/US$, secara teknikal rupiah berpotensi menguat hingga Rp15.770/US$ sampai dengan Rp15.700/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Jumat 15 November 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Pelemahan rupiah hari ini sudah terprediksi setelah indeks dolar AS makin tak terbendung penguatannya, pagi ini sudah di 106,83 setelah semalam ditutup menguat pasca pernyataan hawkish Powell.

Pernyataan Powell yang bilang The Fed tidak akan terburu memangkas bunga acuan melihat kondisi ekonomi AS masih kuat, mengisyaratkan kemungkinan bank sentral paling berpengaruh itu akan menjeda laju penurunan bunga acuan setelah dalam dua pertemuan beruntun memangkas tingkat bunga pinjaman sebesar 75 bps.

Di pasar swap, ekspektasi akan penurunan bunga The Fed pada FOMC bulan depan langsung anjlok separuh. Probabilitasnya kini tinggal 48,3% dari 82,5% pada hari sebelumnya. Kini pasar mulai bergerak memperkirakan Fed fund rate mungkin akan ditahan pada pertemuan The Fed bulan Desember.

Di pasar Treasury, surat utang AS, para penjual terus melepas surat utang tenor pendek yang sensitif dengan kebijakan suku bunga acuan. Yield UST-2Y pagi ini sudah naik 7,3 bps menyentuh 4,35%, lalu tenor 3Y juga naik 5,7 bps di 4,32%. Sedangkan tenor 10Y naik 1 bps di 4,46%. 

Rupiah tidak memiliki sokongan yang memadai karena pada arus keluar modal asing berlanjut baik di pasar saham maupun surat utang.

Pagi ini, IHSG dibuka melemah lagi 0,31% di tengah arus keluar modal asing yang sudah mencatat net sell sejak 6 November lalu. Di bursa Asia, hampir semua saham-saham tertekan arus jual hingga berkubang di zona merah.

Sedangkan di pasar surat utang, tekanan harga makin besar di hampir semua tenor SBN. Namun, ada indikasi tenor pendek cenderung diburu seiring mulai adanya harapan pemangkasan bunga acuan, BI rate, pekan depan.

Mengacu data realtime Bloomberg pada pukul 09:20 WIB, imbal hasil INDOGB-1Y dan 2Y turun masing-masing di 6,68% dan 6,57%.

Sementara tenor lebih panjang, masih tertekan harganya hingga mengerek tingkat imbal hasil. Yield INDOGB-5Y pagi ini terpantau di 6,73%, disusul tenor 10Y yang ada di 6,95%.

'Gempa' Powell

Dalam sebuah acara di Dallas yang dihelat kemarin, Jerome Powell mengatakan bahwa kinerja ekonomi AS baru-baru ini "sangat baik," memberikan ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga dengan hati-hati.

"Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita perlu terburu-buru menurunkan suku bunga," kata Powell.

"Kekuatan yang saat ini kita lihat dalam ekonomi memberi kita kemampuan untuk mengambil keputusan dengan hati-hati."

Powell menambahkan bahwa ketidakpastian mengenai tingkat netral suku bunga — di mana kebijakan tidak merangsang maupun menahan pertumbuhan — memberikan alasan lain untuk bergerak dengan hati-hati.

Data yang keluar awal minggu ini menunjukkan bahwa ukuran inflasi inti AS tetap kuat pada bulan Oktober. Indeks harga konsumen inti — yang mengecualikan biaya makanan dan energi — meningkat 0,3% untuk bulan ketiga berturut-turut.

“Inflasi bergerak jauh lebih dekat ke target jangka panjang kami sebesar 2%, tetapi belum sampai di sana,” kata Powell. 

“Kami berkomitmen untuk menyelesaikan tugas ini. Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang seimbang dan ekspektasi inflasi yang tertambat baik, saya berharap inflasi akan terus turun menuju target 2% kami, meskipun melalui jalur yang terkadang tidak mulus.”

Powell tidak memberikan komentar tentang kemungkinan penurunan pada pertemuan Desember.

(rui)

TAG

No more pages

Artikel Terkait