Logo Bloomberg Technoz

Sementara level support terdekat adalah US$ 2.550, yang otomatis mendekati MA-100. Penembusan di titik itu berpotensi membawa harga emas menguji support selanjutnya di US$ 2.520 per troy ounce.

Harga komoditas berharga itu tadi malam ditutup melemah 0,32%, level US$2.564,85 per troy ounce, penutupan lemah dalam lima hari perdagangan beruntun. Secara mingguan, harga emas dunia sudah tergerus lebih dari 4% dan bersiap membukukan kerugian mingguan terbesar sejak Juni 2021 silam.

Dengan posisi harga saat ini, emas sudah terpangkas 8% dari posisi rekor tertinggi sepanjang masa yang pernah pecah pada 31 Oktober lalu.

Harga emas dunia terguncang akibat pernyataan hawkish Powell yang mempupus harapan pemangkasan bunga acuan pada pertemuan bank sentral Amerika, bulan depan.

Sebuah stasiun televisi menyiarkan pidato Jerome Powell di lantai Bursa Efek New York di New York pada tanggal 18 September./Bloomberg-Michael Nagl

Dalam sebuah acara di Dallas, Jerome Powell mengatakan bahwa kinerja ekonomi AS baru-baru ini "sangat baik," memberikan ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga dengan hati-hati.

"Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita perlu terburu-buru menurunkan suku bunga," kata Powell.

"Kekuatan yang saat ini kita lihat dalam ekonomi memberi kita kemampuan untuk mengambil keputusan dengan hati-hati."

Pasca pernyataan itu, para traders memangkas ekspektasi penurunan bunga The Fed pada FOMC bulan depan, hingga tinggal separo. Probabilitas penurunan bunga acuan pada Desember kini tinggal 48,3% dari 82,5% pada hari sebelumnya. Kini pasar bergerak memperkirakan Fed fund rate mungkin akan ditahan bulan depan dengan probabilitas sekitar 51%.

Pupusnya harapan penurunan bunga acuan menjadi kabar buruk bagi emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil. Sebaliknya, bagi surat utang AS, pernyataan Powell sontak melejitkan tingkat imbal hasil surat utang terutama untuk tenor pendek yang sensitif terhadap pergerakan bunga acuan.

Harga emas mengalami tekanan tak berkesudahan sejak hasil Pilpres AS menempatkan Donald Trump sebagai Presiden AS berikutnya. Trump yang berniat mengusung berbagai kebijakan kontroversial, berpotensi mengerek inflasi kembali tinggi di negeri itu dan bisa membuat arah kebijakan bunga acuan The Fed tetap tinggi.

(rui)

No more pages