Pernyataan Powell yang bilang The Fed tidak akan terburu memangkas bunga acuan melihat kondisi ekonomi AS masih kuat, mengisyaratkan kemungkinan bank sentral paling berpengaruh itu akan menjeda laju penurunan bunga acuan setelah dalam dua pertemuan beruntun memangkas tingkat bunga pinjaman sebesar 75 bps.
Di pasar swap, ekspektasi akan penurunan bunga The Fed pada FOMC bulan depan langsung anjlok separuh. Probabilitasnya kini tinggal 48,3% dari 82,5% pada hari sebelumnya. Kini pasar mulai bergerak memperkirakan Fed fund rate mungkin akan ditahan pada pertemuan The Fed bulan Desember.
Lanskap itu akan merugikan aset-aset emerging market. Rupiah forward langsung ditutup melemah tajam di pasar New York, hingga ambles 0,83% ke level Rp15.989/US$. Pagi ini pada pembukaan pasar Asia, rupiah spot masih lemah di kisaran Rp15.990/US$.
Itu menjadi sinyal kuat akan ada tekanan besar di pasar spot hari ini bagi rupiah yang kemarin juga sudah melemah di Rp15.855/US$.
Rupiah berpotensi menjebol level support psikologis di Rp15.900/US$ tertekan aksi jual yang kemungkinan akan berlanjut di pasar surat utang domestik serta pasar saham yang masih 'terpanggang' arus jual besar dua hari terakhir. Pemodal asing sudah mencatat posisi net sell dalam tujuh hari perdagangan beruntun, atau sejak hasil Pilpres AS keluar.
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah menuju area Rp15.900-Rp15.950/US$, dengan support terkuat rupiah ada di Rp16.000/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance potensial di level Rp15.840/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat kembali menguat ke level Rp15.800/US$.
Selama rupiah bertengger di atas Rp15.950/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah berpotensi melemah ke Rp16.010/US$.
Sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga Rp15.800/US$, secara teknikal rupiah berpotensi menguat hingga Rp15.770/US$ sampai dengan Rp15.700/US$.
Powell guncang pasar
Dalam sebuah acara di Dallas, Jerome Powell mengatakan bahwa kinerja ekonomi AS baru-baru ini "sangat baik," memberikan ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga dengan hati-hati.
"Ekonomi tidak memberikan sinyal bahwa kita perlu terburu-buru menurunkan suku bunga," kata Powell.
"Kekuatan yang saat ini kita lihat dalam ekonomi memberi kita kemampuan untuk mengambil keputusan dengan hati-hati."
Powell menambahkan bahwa ketidakpastian mengenai tingkat netral suku bunga — di mana kebijakan tidak merangsang maupun menahan pertumbuhan — memberikan alasan lain untuk bergerak dengan hati-hati.
Data yang keluar awal minggu ini menunjukkan bahwa ukuran inflasi inti AS tetap kuat pada bulan Oktober. Indeks harga konsumen inti — yang mengecualikan biaya makanan dan energi — meningkat 0,3% untuk bulan ketiga berturut-turut.
“Inflasi bergerak jauh lebih dekat ke target jangka panjang kami sebesar 2%, tetapi belum sampai di sana,” kata Powell.
“Kami berkomitmen untuk menyelesaikan tugas ini. Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang seimbang dan ekspektasi inflasi yang tertambat baik, saya berharap inflasi akan terus turun menuju target 2% kami, meskipun melalui jalur yang terkadang tidak mulus.”
Powell tidak memberikan komentar tentang kemungkinan penurunan pada pertemuan Desember.
(rui)