"Bukan hanya ekonomi dan pergeseran, perlambatan terjadi di sektor konstruksi," kata Bosoni. "Transisi ke kendaraan listrik, kereta api berkecepatan tinggi, dan gas dalam angkutan truklah yang melemahkan pertumbuhan permintaan minyak China."
Di tengah pelemahan permintaan China yang berkepanjangan ini, harga minyak mentah telah turun 11% sejak awal Oktober, meski ada perseteruan yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran karena para trader fokus pada peningkatan produksi di Amerika, ungkap IEA yang berbasis di Paris.
Penurunan ini menandakan "pasar yang dipasok dengan baik pada tahun 2025," tambahnya. Harga minyak mentah Brent diperdagangkan mendekati US$72 per barel pada Kamis.
Konsumsi minyak global akan meningkat sebesar 920.000 barel per hari tahun ini — kurang dari setengah tingkat yang terlihat pada tahun 2023 — menjadi rata-rata 102,8 juta per hari, katanya. Tahun depan, permintaan akan tumbuh sebesar 990.000 barel per hari.
"Laju pertumbuhan di bawah 1 juta barel per hari untuk kedua tahun tersebut mencerminkan kondisi ekonomi global di bawah rata-rata dengan pelepasan permintaan terpendam pascapandemi yang kini telah selesai," menurut laporan tersebut. "Penerapan teknologi energi bersih yang cepat juga semakin menggantikan minyak dalam transportasi dan pembangkit listrik."
Badan, yang memberi nasihat pada negara-negara besar, ini memperkirakan awal tahun ini bahwa permintaan dunia akan berhenti tumbuh dalam dekade ini di tengah peralihan dari bahan bakar fosil ke kendaraan listrik dan energi terbarukan.
Sementara pertumbuhan permintaan menurun, pasokan dari produsen seperti AS, Brasil, Kanada, dan Guyana akan meningkat tahun ini dan tahun depan sebesar 1,5 juta barel per hari, demikian prediksi badan tersebut.
Akibatnya, pasokan dunia akan melebihi permintaan tahun depan lebih dari 1 juta barel per hari, bahkan jika kartel OPEC+ yang beranggotakan 23 negara membatalkan rencana untuk memulihkan produksi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya berusaha untuk memulai kembali produksi yang terhenti sejak tahun 2022, tetapi terpaksa menunda langkah tersebut dua kali karena pasar masih sangat rapuh.
Saat ini OPEC berencana untuk memulai serangkaian kenaikan bulanan yang moderat dengan kenaikan 180.000 barel per hari pada Januari, dan akan berkumpul pada 1 Desember untuk meninjau kembali keputusan tersebut.
Sekretariat OPEC terlambat menyadari adanya perlambatan permintaan, memangkas proyeksinya untuk tahun ini sebesar 18% selama empat kali pemangkasan bulanan berturut-turut. Meskipun begitu, proyeksi pertumbuhan sebesar 1,8 juta barel per hari masih sekitar dua kali lipat dari angka yang diperkirakan IEA, dan lebih tinggi daripada sebagian besar pengamat pasar lainnya.
(bbn)