Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) yang jatuh 13%, PT BerdiKari pondasi Perkasa Tbk (BDKR) ambruk 10,8%, dan PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) drop 10,4%.
Pada tutup perdagangan hari Ini, Shenzhen Comp. (China) memimpin pelemahan dengan ambles 2,81%, disusul oleh PSEI (Filipina) drop 2,34%, dan Hang Seng (Hong Kong) anjlok 1,96%.
Kemudian, CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), KLCI (Malaysia), Weighted Index (Taiwan), NIKKEI 225 (Tokyo), Topix (Jepang), SENSEX (India), dan SETI (Thailand) yang jatuh dalam masing-masing mencapai 1,73%, 1,73%, 1,14%, 0,67%, 0,63%, 0,48%, 0,27%, 0,14%, dan 0,09%.
Sementara, di sisi berseberangan hanya Straits Time (Singapura) yang menetap di zona hijau dengan kenaikan 0,48%.
Melemahnya sejumlah Bursa Saham Asia dan IHSG imbas keperkasaan indeks dolar yang melesat ke level tertinggi dalam dua tahun, sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun juga menguat untuk hari ketiga dalam perdagangan Asia.
“Penguatan dolar AS kemungkinan besar akan menjadi kunci utama bagi saham-saham di kawasan ini,” kata Jun Rong Yeap, ahli strategi di IG Asia Pte, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Aset-aset di Asia telah merosot sejak Pemilu AS karena investor melihat adanya dampak kebijakan tarif yang diusulkan Presiden Terpilih Donald Trump terhadap pertumbuhan kawasan ini, sementara dolar yang melonjak menekan mata uang kawasan ini. Data real time Bloomberg mencatat, semua mata uang Asia melemah di depan dolar AS.
Data inflasi tadi malam sejatinya sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, data itu juga memperlihatkan laju inflasi inti tahunan AS menjadi yang tercepat sejak April.
Para pelaku pasar juga masih optimistis The Fed akan melanjutkan pemangkasan bunga acuan pada FOMC bulan depan sebesar 25 bps dengan probabilitas mencapai 80% dari tadinya hanya di angka 56%.
“Pemotongan suku bunga pada Desember masih ada dalam rencana,” papar Seema Shah dari Principal Asset Management.
Meski demikian, data inflasi Harga konsumen AS yang diumumkan juga menunjukkan lambatnya penurunan laju inflasi di negeri dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Para trader saat ini akan mengalihkan fokus mereka ke data inflasi produsen PPI AS yang akan dirilis Kamis malam, yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan Harga Produsen utama dan inti untuk Oktober secara tahunan.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, saat ini pasar tengah menantikan data inflasi produsen Amerika Serikat bulan Oktober, selain itu, di hari yang sama, Jerome Powell juga dijadwalkan untuk menyampaikan pidato.
Selanjutnya, ekspektasi dari pidato tersebut adalah Powell akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter, khususnya terkait pemangkasan suku bunga yang mungkin berlanjut hingga akhir tahun ini, setelah melihat perkembangan data inflasi baik dari sisi Konsumen maupun Produsen.
(fad)