Korut telah mengirim lebih dari 10.000 pasukan ke Rusia untuk bertempur bersama pasukan Putin di wilayah Kursk. Sebagai imbalannya, Rusia menyediakan uang dan membantu Korut meningkatkan kemampuannya, kata salah satu orang tersebut.
Orang tersebut menolak memberikan rincian tentang bagaimana tepatnya Moskow membantu Pyongyang untuk mengembangkan kapasitas militernya. Korut juga telah mengirimkan jutaan amunisi artileri dan senjata lainnya ke Rusia.
Presiden China Xi Jinping telah menjadi donatur terbesar bagi Putin dan Kim dalam beberapa tahun terakhir, dan menganggap kedua pemimpin tersebut sebagai mitra dalam melawan tatanan dunia yang dipimpin AS.
Namun, pemerintahnya secara terbuka tetap bungkam mengenai pengiriman pasukan Korut ke Rusia — sebuah tanda bahwa Xi tidak senang dengan pengaturan tersebut.
Bahkan saat mendukung Rusia dan Korut, Xi berusaha menggambarkan Beijing sebagai pihak yang netral terkait perang di Ukraina dan mendorong untuk meningkatkan hubungan dengan AS dan sekutunya, paling tidak untuk membantu memastikan ekspor terus menopang ekonomi China yang sedang mengalami kesulitan.
Kemitraan Kim-Putin berisiko menambah tekanan ekonomi pada China, dan hal ini melemahkan argumen Beijing bahwa AS seharusnya tidak memiliki aliansi militer di wilayah Indo-Pasifik.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan minggu ini bahwa tentara Korut telah mulai terlibat dalam operasi tempur bersama dengan pasukan Rusia di Kursk. Rusia berusaha mengusir pasukan Ukraina dari wilayah tersebut setelah mereka merebut beberapa wilayah dalam serangan mendadak awal tahun ini.
Para pejabat juga diperkirakan akan meningkatkan dukungan China terhadap Rusia, dan khususnya pasokan komponen penting yang digunakan untuk membuat senjata dan pesawat nirawak.
Beijing telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak memberikan bantuan mematikan kepada Rusia dan mengatakan pihaknya mengontrol ekspor barang-barang yang memiliki fungsi ganda.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menghindari pertanyaan tentang potensi tekanan dari sekutu Ukraina ketika ditanya pada Kamis (14/11/2024) dalam jumpa pers rutin di Beijing.
(bbn)