Logo Bloomberg Technoz

Lonjakan imbal hasil Treasury tak ayal turut memicu tekanan di pasar surat utang RI. Yield surat utang negara, INDOGB, hampir semua tenor terutama tenor menengah dan panjang, bergerak naik.

Imbal hasil tenor 5Y sore ini naik 3,6 bps ke level 6,68%. Begitu juga tenor 10Y yang naik 1,9 bps jadi 6,92%. Sementara tenor 15Y naik 5,4 bps menyentuh 7,06%. Adapun tenor pendek 2Y turun 1,9 bps yield-nya, kini di 6,45%.

Tekanan jual bukan hanya melanda pasar surat utang dan valuta. Pasar saham domestik hari ini juga terjebak zona merah sejak pembukaan pasar. IHSG sudah ambles 1,29% ke level 7.214,56.

Pasar domestik mungkin akan berlanjut tertekan pada perdagangan besok apabila rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat nanti malam menyodorkan angka mengejutkan, yang kian memantik ketidakpastian arah kebijakan bunga The Fed.

Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sejauh ini memperkirakan inflasi PPI pada Oktober akan naik sebesar 0,2% dari tadinya 0%. Sedangkan inflasi inti PPI diperkirakan sebesar 0,2%.

Secara tahunan, inflasi harga produsen AS diprediksi sebesar 2,3%, meningkat dibanding September sebesar 1,8%. Sementara inflasi inti PPI diperkirakan sebesar 3%, meningkat dibanding bulan sebelumnya 2,8%.

Nanti malam, AS juga akan melaporkan klaim pengangguran awal dan lanjutan yang bisa memberi gambaran tentang kondisi pasar tenaga kerja pada November.

Arah BI rate

Para ekonom dan pelaku pasar sejauh ini terbelah memperkirakan arah kebijakan BI rate yang akan diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pekan depan.

Berdasarkan survei yang dihelat oleh Bloomberg, semakin banyak ekonom yang memperkirakan BI kemungkinan akan memangkas bunga acuan pekan depan untuk menyokong pertumbuhan ekonomi yang semakin melemah saat ini.

Hasil konsensus pasar menghasilkan median BI rate di 5,88% di mana 5 dari 10 ekonom yang disurvei memperkirakan akan ada pemangkasan bunga acuan sebesar 25 bps.

Ekonom Societe Generale Kunal Kundu dalam riset terbarunya yang dirilis hari ini memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan pekan depan untuk memberi dukungan pada perekonomian domestik yang melemah.

Laju inflasi yang berlanjut melandai, akan memberikan BI kesempatan untuk melonggarkan moneter.

"BI juga mungkin akan memangkas bunga acuan lagi pada Desember namun itu akan bergantung pada reaksi Federal Reserve, bank sentral AS, terhadap data ekonomi juga kebijakan fiskal di bawah pemerintahan Donald Trump," kata Kundu.

(rui)

No more pages