Sejalan dengan itu, Bahlil mengatakan juga mendapatkan mandat dari Presiden Prabowo Subianto agar Indonesia mengembangkan bioavtur atau bahan bakar pesawat yang diperoleh dari sumber daya hayati.
Menurutnya, pemerintah tidak mau negara lain justru membangun kilang avtur dan menyerap bahan baku dari Indonesia berupa minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan minyak jelantah atau used cooking oil (UCO), dan pada akhirnya Indonesia membeli bioavtur dari negara lain.
"Kalau tidak negara lain yang akan membangun kilang avtur, CPO-nya dari kita, minyak jelantahnya dari kita, habis itu hasilnya mereka olah di negara lain. Kemudian kita disuruh beli barang dari mereka," ujarnya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai pengembangan program biodiesel B50 pada akhirnya akan menggerus volume ekspor CPO dan berimplikasi langsung pada berkurangnya ketersediaan anggaran untuk subsidi biodiesel.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono memberikan gambaran volume penyediaan ekspor CPO dengan adanya program B35 saat ini saja sudah berada pada level 30,61 juta ton.
Seiring dengan pengembangan B40 dan B50, kata Eddy, penyediaan volume ekspor CPO Indonesia bisa makin tergerus masing-masing menjadi 28,27 juta ton dan 24,77 juta ton.
“Ini apabila produksi stagnan seperti sekarang maka akan terjadi penurunan ekspor,” ujar Eddy kepada Bloomberg Technoz, akhir Oktober.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan pemerintah bakal memangkas volume ekspor CPO sebanyak 5,3 juta ton/tahun untuk program biodiesel B50, demi menunjang ambisi swasembada energi Prabowo.
"Ekspor kita kan 26 juta ton/tahun. Kita untuk mencapai B35, lompat ke B50, butuh 5,3 juta ton/tahun. Kita proses tahun depan, mudah-mudahan paling lambat 2026 selesai" kata Amran kepada awak media di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (22/10/2024).
Dengan asumsi prioritas pemenuhan CPO di dalam negeri yang tercukupi, lanjut Amran, maka program B50—atau bauran Solar dengan 50% bahan bakar nabati — sebagaimana dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo dapat tercapai.
"CPO kita produksinya 46 juta ton/tahun. Sekarang dalam negeri kita pakai 20 juta ton/tahun. Kita ekspor 26 juta ton/tahun. Kalau kita mengambil 5,3 juta ton/tahun [untuk B50], berarti enggak ada masalah kan? Karena kita ekspor 26 juta ton/tahun," tegas Amran.
(dov/wdh)