Logo Bloomberg Technoz

Tanda Tanya Arah Bunga The Fed Terus Menekan Pasar Modal RI

Ruisa Khoiriyah
14 November 2024 11:20

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (24/6/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (24/6/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gerak pasar keuangan Indonesia pada Kamis pagi pasca rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat (AS), cenderung tertekan. 

Meski data inflasi AS masih sesuai ekspektasi pasar, akan tetapi ketidakpastian akan prospek kebijakan bunga acuan AS ke depan pasca rezim pemerintahan baru di bawah Donald Trump dilantik pada Januari, menguat.

Rupiah dibuka melemah dan saat ini tergerus mendekati level support terkuat di Rp15.900/US$. Sedangkan indeks saham juga masih terjebak di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah dan sejauh ini sudah tertekan 0,85%.

Pasar surat utang negara juga tak kalis dari tekanan seiring berlanjutnya lonjakan yield surat utang AS, Treasury, sejak tadi malam. 

Mayoritas tenor mencatat kenaikan imbal hasil, mengindikasikan penurunan harga obligasi. Yield 2Y kini ada di 6,58%, sedangkan tenor 5Y bahkan sudah di 6,71%. Tenor acuan, INDOGB-10Y juga melanjutkan kenaikan imbal hasil kini di 6,92%.